Prihasto mengklaim selama ini Kementerian sudah memberikan pendampingan secara intensif. Adapun soal kegagalan panen bawang putih pada tahap pertana, ia mengatakan Kementan memang telah memberikan rekomendasi penanaman komoditas itu. Tetapi, perlu ada proses yang panjang agar hasilnya bisa optimal.
Kementan berkukuh food estate tidak gagal
Masalahnya, kata dia, Kementan terpaksa melakukan seluruh pengkondisian tanah selama kurang dari enam bulan, yakni dari Agustus hingga Desember 2020. Namun, karena proyek ini dimulai pada pertengahan tahun, Kementan terdesak untuk menyelesaikannya demi realisasi anggaran 2020 yang tak bisa loncat tahun.
"What do you expect? Susah kan? Ya sudah. Memang budaya itu seperti orang mengembalikan telapak tangan?" kata Prihasto.
Dia pun menampik kegagalan panen bawang putih yang terjadi pada tahap pertama megaproyek lumbung pangan ini.
Ia mengklaim pada tahap pertama rata-rata petani memanen bawang putih sekitar 2,7 ton kalau bawang putih. Kalau 2,7 ton dijual dengan harga Rp 10.000 per kilogram, tuturnya, maka seharusnya petani bisa mengolah lahannya kembali pada musim tanam berikutnya dengan hasil penjualan itu.
Kementan juga menyatakan tak ikut campur soal hasil panen itu, khususnya dalam penjualan. Prihasto berujar seluruh hasil panen diberikan kepada petani dan bebas digunakan untuk apa saja.
Dia juga mengklaim tak ada petani yang gagal dalam program lumbung pangan ini, karena pemerintah sudah berupaya membukakan lahan, memberi bibit, pupuk dan tenaga kerja untuk para petani yang terlibat.
"Enggak ada ruginya. Petani itu kan tinggal ongkang-ongkang saja. Tau-tau dia panen terus dapat duit. Harapannya duitnya itu digunakan untuk modal kembali. Penjualan bukan urusan kami," kata Prihasto.
Baca juga: Mentan Syahrul Yasin Limpo Klaim Peningkatan Nilai Ekonomi Food Estate Rp 204,76 Miliar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.