Seperti halnya negara-negara lain, Indonesia saat ini juga menghadapi peningkatan imbal hasil obligasi negara dan pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS.
Lalu, Fitch memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan melambat 4,8 persen akibat pelemahan permintaan domestik dan eksternal. Sebagai konsekuensi terjadinya kenaikan suku bunga dan normalisasi harga komoditas.
Meskipun pertumbuhan ekonomi semakin membaik, Indonesia tidak boleh lengah dan berpuas diri, terutama pada tahun depan,
“Untuk bisa memaksimalkan ekonomi domestik, diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah dengan pihak swasta sehingga nantinya Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor-impor,” jelasnya.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin pagi, dolar AS sedikit melemah terhadap sebagian besar mata uang utama. Sementara itu, mata uang yen menguat didukung oleh laporan bahwa perdana menteri Jepang mempertimbangkan untuk mengizinkan lebih banyak fleksibilitas dalam rezim moneter, yang mempertahankan suku bunga negara di level terendah.
Risiko tingkat suku bunga yang lebih tinggi mendorong AS ke dalam resesi pada 2023 menimbulkan kerugian pada perdagangan yang mereda hingga akhir tahun.
Adapun lonjakan infeksi Covid di China terus membebani sentimen, tetapi investor mungkin merasa lega setelah para pemimpin tertinggi China mengatakan mereka akan fokus untuk meningkatkan ekonomi tahun depan, mengisyaratkan kebijakan yang ramah bisnis, serta dukungan lebih lanjut untuk pasar properti.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini