TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, yakin target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp 1.200 triliun bakal tercapai. Menurut dia, realisasi investasi sampai dengan 12 Desember 2022 sudah mencapai 91 persen dari target Rp 1.200 triliun.
“Saya berjanji dalam forum yang terhormat ini, insya Allah (bisa mencapai target) berdasarkan data yang tim kami sudah hitung per kuartal September dan sekarang kita sudah sampai Desember,” kata Bahlil dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI Rabu, 14 Desember 2022.
Baca: Nasabah Wanaartha Life Desak Transparansi Jumlah Korban: Enggak Mungkin 28 Ribu
Bahlil mengatakan target investasi Rp 1.200 triliun merupakan syarat untuk pertumbuhan ekonomi bisa tercapai di atas 5,3 persen pada 2022. Capaian realisasi investasi secara kumulatif sepanjang Januari-September 2022 sudah masuk sebesar Rp 892,4 triliun. Realisasi investasi tersebut sudah tercapai 92,1 persen dari target RPJMN sebesar Rp 968 triliun dan 74,4 persen dari target Presiden Jokowi Rp 1.200 triliun.
“Jujur saya katakan secara year on year, PMA kita tumbuh sebesar 63,6 persen dan PMDN tumbuh 22,5 persen. Dengan demikian, komposisinya adalah luar Jawa 52,9 persen dan Pulau Jawa 47,1 persen,” kata Bahlil. Capaian tersebut didukung dengan penciptaan lapangan pekerjaan sebesar 965.122 tenaga kerja langsung dari total 131.278 proyek.
Adapun 10 besar negara-negara investor pada kuartal ketiga di 2022, yakni Singapura, Cina, Jepang, Hong Kong, Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Belanda, dan Australia. “Komitmen kami sisa sekitar Rp 300 triliun akan bisa terselesaikan dalam tiga bulan ini. Dan tim saya kerja terus sudah mencapai di atas Rp 1.000 triliun, angkanya nanti diumumkan awal Januari, insyaallah tercapai Rp 1200 triliun, saya janji.”
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani pesimis target investasi Rp 1.200 triliun tercapai. “Kemungkinan rasanya berat untuk mencapai Rp 1.200 triliun,” kata dia pada Oktober lalu. Menurut Hariyadi, kenaikan suku bunga menjadi pertimbangan karena akan membuat biaya investasi juga naik. Belum lagi kondisi resesi dunia yang mulai melanda beberapa negara.
ERLITA NOVITANIA AWALIANDA | ANNISA NURUL AMARA
Baca juga: Empat Fakta Kasus Wanaartha, Izin Dicabut OJK hingga Digugat Nasabah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.