TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal, khawatir resesi global akan menggerus minat perusahaan untuk berinvestasi di sektor minyak dan gas. Resesi global diperkirakan terjadi pada 2023 dan dampaknya akan memukul sejumlah industri.
“Kita ini yang paling khawatir dengan resesi itu, para company cenderung tidak mau berinvestasi karena menahan cash flow kalau buat kita sih,” ujar dia di sela-sela acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, pada Jumat, 25 November 2022.
Kemal mengatakan SKK Migas akan berusaha mengatasi kekhawatiran itu. Salah satunya dengan dengan mengunci program kerja dan anggaran yang sedang berjalan. Pihaknya juga bakal memonitor terus untuk mencapai target investasi tahun depan.
Baca juga: RI Dapat Pembiayaan Transisi Energi Rp 311 Triliun, Sri Mulyani Cs Siapkan Proyek
Jadi program kerja dan anggaran yang sekarang berjalan harus dikunci,” katanya. Adapun SKK menargetkan investasi di sektor migas sebesar US$ 14 miliar atau setara dengan Rp 219,2 triliun (kurs Rp 15.644 per dolar Amerika). Untuk tahun ini, target investasi untuk hulu migas senilai US$ 13,2 miliar. Dia optimistis target tersebut tercapai.
“Target investasi tahun ini kan kita sekitar US$ 13,2 miliar kita cukup optimis sih, itu artinya meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ucap Kemal.
Kemal mengatakan, biasanya SKK Migas mematok target antara US$ 10-11 miliar. Namun tahun ini meningkat menjadi US$ 13 miliar dan tahun depan US$ 14 miliar. Dia berharap, ke depan, investasi hulu migas bisa terus meningkat.
“Untuk meningkatkan investasi ini memang yang paling penting adalah kita memerlukan dukungan dari para stakeholders,” Kata Kemal.
Adapun dari acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022, kata Kemal, nilai investasi yang dihasilkan akan diumumkan hari ini. Dia menuturkan akan ada beberapa yang ditandatangi. “Nilainya kalau enggak salah sekitar US$ 1,8-2 miliar yang bisa ditandatangani dari penjualan gas itu nanti,” ucap dia.
Baca: Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini