TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menanggapi ihwal maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan atau startup digital. Menurut dia, sebagian besar perusahaan yang mengambil langkah PHK justru sebelumnya dinilai sebagai 'Pandemic Darling'.
"Sebagian besar mereka adalah ‘Pandemic Darling’ atau perusahaan yang meraup kenaikan GMV (Gross Merchandise Value) selama puncak pandemi 2020-2021," ucap Bhima saat dihubungi, Senin, 21 November 2022.
Baca Juga:
Karena memiliki valuasi tinggi, kala itu perusahaan merasa mudah dalam mencari pendanaan baru. Alhasil, perusahaan jor-joran dalam berekspansi, termasuk merekrut karyawan dalam jumlah besar. Padahal faktanya, kata dia, agresivitas ekspansi perusahaan digital saat ini ternyata tidak sebanding dengan pencarian dana baru dari investor.
Jor-joran ekspansi, bakar uang
Oleh sebab itu, menurut dia, banyak pemilik modal, terutama investor asing yang menjauhi perusahaan dengan valuasi tinggi. Karena, perusahaan bervaluasi tinggi bisa jadi memiliki profitabilitas rendah atau memiliki model bisnis yang tidak berkelanjutan. Sehingga, perusahaan yang tadinya diharapkan akan tumbuh dengan pesat saat pandemi, malah melambat.
Harapan bertambahnya jumlah pengguna (user) dan profitabilitas layanan yang berlanjutan pun sirna karena tekanan makroekonomi saat ini. Pasalnya, kenaikan inflasi pangan dan energi telah berimbas pada penurunan daya beli barang dan jasa melalui layanan platform digital. Apalagi belakangan tensi kenaikan suku bunga dan risiko geopolitik terus berlangsung.
Di tengah kondisi seperti ini, Bhima menyarankan pemerintah mulai mengatur model bisnis perusahaan digital, khususnya e-commerce dan ride-hailing. Sebab, kedua perusahaan itu terpantau masih memberi promo dan diskon secara besar-besaran atau sering menggunakan strategi 'bakar uang' untuk mempertahankan pangsa pasarnya.
Akibatnya persaingan usaha sektor digital menjadi kurang sehat dan membuat keuangan perusahaan tidak mampu berdiri kokoh. "Konsumen baru mungkin akan tergoda akan promo. Tapi jika terus-menerus memberi promo, sebenarnya itu suicide mission bagi startup," ucapnya.
Selanjutnya: Artinya, ketika pendanaan berkurang, ...