"Per Agustus 2022 lalu, kerugian GoTo naik karena penyesuaian rugi sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi menjadi Rp 4,14 triliun," dikutip dari keterangan resmi yang diterima Tempo pada Jumat, 18 November 2022. Sedangkan pada periode sama tahun lalu, angka kerugian pro-forma GoTo sebesar Rp 3,9 triliun.
Padahal, penyelarasan kegiatan operasional, integrasi proses kerja, dan melakukan negosiasi ulang berbagai kontrak kerja sama sudah dilakukan GoTo. Pada akhir kuartal kedua 2022, perusahaan juga telah melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp 800 miliar dari berbagai aspek penghematan, seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing.
"Demi mempertahankan jutaan konsumen, mitra pengemudi dan pedagang di ekosistem GoTo, perseroan melakukan efisiensi agar pertumbuhan dapat sehat dan berkesinambungan."
Di sisi lain, GoTo kini memutuskan untuk berfokus pada tiga bisnis inti, yaitu on-demand, e-commerce dan financial technology. Sebab, pertumbuhan ketiganya dinilai paling konsisten. Ia berharap langkah-langkah itu dapat mengakselerasi pertumbuhan dan kemandirian bisnis GoTo secara sustainable dalam jangka panjang.
"Keputusan ini tidak mempengaruhi layanan GoTo kepada konsumen serta komitmen perusahaan terhadap mitra pengemudi dan pedagang."
RIANI SANUSI PUTRI
Baca juga: 6 Fakta tentang Keputusan Shopee Indonesia PHK 187 Karyawan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini