Ia menunjukkan adanya kenaikan kontribusi dari stok komersial yang sebelumnya di bawah 2 persen hari ini menjadi persen 20,75 persen. Artinya, Bulog perlu melakukan pembelian secara komersial di mana harganya tak bisa sesuai harga fleksibilitas yang ditetapkan melainkan mengikuti harga pasar. Alhasil, pemerintah menugaskan Bulog menyerap beras komersial melalui pinjaman dengan bunga rendah dari Himbara.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas mengaku sudah mengumpulkan semua panggilan dari mitra perusahaan pelat merah itu. Hasilnya telah disepakati sampai Desember 2022, Bulog bisa menyerap hingga 500 ribu ton. Tetapi, ia berujar sampai hari ini Bulog hanya mampu menyerap 92 ribu ton dari target 500 ribu ton "Karena memang barangnya sudah tidak ada," kata dia.
Buwas mengaku sudah meminta klarifikasi pada Kementan soal hasil panen yang diklaim melimpah itu. Total produksi, kata dia, tidak mencapai 100 ribu ton seperti yang disebutkan Kementan melainkan hanya 20 juta ton. Ia mengatakan timnya juga sudah mengecek ke lapangan.
Tim Buwas Cek ke Lapangan
"Kami sudah cek di lapangan. Bahkan direksi kami ke lapangan dan berjumpa juga sama gubernur nyatanya tidak ada sebesar itu," ucap Buwas.
Sebelumnya, saat ditemui Tempo di kantornya Kamis, 6 Oktober 2022, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim neraca ketersediaan beras di dalam negeri masih surplus 10 juta ton.
Kendati memastikan stok beras aman, Syahrul enggan menanggapi naiknya harga pangan utama itu yang terjadi di pasar belakangan ini. Menurut dia, harga beras bukan tanggung jawab Menteri Pertanian. "(Kalau soal harga) jangan tanya saya, bukan saya enggak bisa jawab. Bukan tupoksi saya," kata dia.
Baca juga: Operasi Pasar di Cipinang, Mendag: Aman, Banyak, Harga Beras Bulog Rp 8.900 per Kilogram
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.