Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pengamat Pertanian: Krisis Pangan Sudah Ada, Ini Tanda-tandanya

image-gnews
Petani melihat padi yang gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis, 27 Juni 2019. Menurut data Dinas Pertanian setempat sekitar 1.800 hektar sawah mengalami kekeringan di Kecamatan Wanasalam akibat saluran irigasi dari bendungan Cikoncang rusak sejak bulan Maret lalu. ANTARA
Petani melihat padi yang gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis, 27 Juni 2019. Menurut data Dinas Pertanian setempat sekitar 1.800 hektar sawah mengalami kekeringan di Kecamatan Wanasalam akibat saluran irigasi dari bendungan Cikoncang rusak sejak bulan Maret lalu. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Krisis pangan 2022 yang melanda banyak negara dunia sudah ada di depan mata. Bahkan, beberapa negara ternyata sudah mulai merasakan dampaknya. Hal tersebut dapat dilihat dengan naiknya harga bahan pangan saat ini. Persoalan bisa tambah runyam karena ada ancaman resesi 2023 di perekonomian global.

Pengamat pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Jaka Widada, menyatakan tanda-tanda krisis pangan tersebut sudah ada, ditandai dengan iklim yang tak menentu, hujan ekstrem, bencana alam dan lain-lain.

Akibatnya petani gagal panen karena kebanjiran atau kekeringan, dan  gagal panen karena ledakan hama dan penyakit.

“Itu sebenarnya tanda-tanda krisis pangan akan terjadi. Jumlah penduduk terus naik, sementara kenaikan jumlah pangan tidak seimbang dengan kenaikan jumlah penduduk," ucap Jaka, dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, Rabu 22 Juni 2022.

Bahkan, kata Jaka, The Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai badan pangan dunia memperkirakan di tahun 2050 penduduk dunia tembus 10 miliar. Jumlah penduduk yang sedemikian besar itu tentunya memerlukan pangan yang sangat luar biasa jumlahnya.

Agar tak terjadi kelaparan, maka harus ada peningkatan produksi pangan dunia. Produksi pangan tersebut idealnya untuk saat ini harus berkisar 70 persen, jika sebagian negara masih sekitar 10 persen maka bukan persoalan mudah untuk mengejarnya.

Baca juga : Ekonom: Jumlah Cadangan Pangan Harusnya Dikelola Bapanas

“Memang antar negara yang satu dengan negara yang lain beda-beda. Bisa-bisa di tahun-tahun itu akan banyak tragedi kelaparan juga. Untuk negara-negara seperti Cina, Israel, Amerika, Uni Eropa sejak sekarang sudah mempersiapkan," jelasnya.

Dia menjelaskan untuk menghadapi krisis pangan yang mungkin terjadi ini ada beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat. Itu di antaranya bagaimana upaya menghadapi perubahan iklim, pengembangan varietas adaptif, persoalan pupuk, persoalan perilaku tak boros dan persoalan regenerasi petani.

Perubahan iklim yang terjadi kini menjadi kendala tersendiri dalam pertanian. Pemanasan global yang menjadikan suhu lebih panas dan karbon dioksida lebih tinggi menjadi sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian.

Menurut Jaka, tak hanya menurunkan hasil produksi, kondisi ini bisa berdampak pada gagal produksi. Persoalan yang dihadapi diantaranya persoalan air, dan jika masyarakat saat ini mengandalkan air tanah sebagai sumber pengairan maka dikhawatirkan 10 tahun kedepan sumber-sumber air habis dan akan memunculkan kekeringan permanen di sejumlah daerah.

"Karenanya apa yang dilakukan PUPR dalam membangun sejumlah embung sudah benar, meski terkadang belum pas karena dilakuka ndengan tidak memperhatikan posisi strategis embung sebagai daerah tampungan air," dia menjelaskan.


Pengembangan Varietas yang Adaptif Perubahan Iklim

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal lain yang harus diselesaikan adalah terkait persoalan pengembangan varietas-varietas tanaman adaptif terhadap perubahan iklim. Sebagai contoh yang teah dilakukan yaitu pengembangan varietas Gama Gora yang didesain varietasnya kurang lebih sama dengan varietas yang ada saat ini, tapi dengan kebutuhan air yang jauh lebih sedikit.

“Varietas-varietas yang ada saat ini untuk produktivitas 1 kg beras masih memerlukan sekitar 2.500 liter air, kita berharap hal itu bisa diturunkan di bawah 100 atau 50 liter untuk per kilo beras. Jadi harapannya kesana mampu mengembangkan varietas-varietas adaptif terhadap perubahan iklim," ungkapnya.

Persoalan lain yang sampaikanya dan harus mendapat perhatian adalah soal pupuk. Harga pupuk saat ini sangat mahal dan diperkirakan akan terus naik seiring langkanya sumber daya alam pembuat pupuk, seperti gas alam dan lain-lain.

Oleh karena itu, perlu kiranya mengembangkan budi daya teknik pertanian yang bisa menghemat pupuk. Terlebih bisa membuat pupuk secara mandiri dan bisa menggantikan pupuk pabrikan dengan mendasarkan pada pengembangan biologi tanah dan biologi tanaman.

“Seperti teknologi teknologi yang didistribusikan dari Aceh hingga ke Riau, dimana orang bisa membuat pupuk nitrogen sendiri dengan sangat murah dan bisa menggantikan 50 persen dari pupuk yang harus digunakan. Sayangnya petani Indonesia secara umum belum memperhatian hal-hal seperti itu," ungkapnya.

Dinas Pertanian Deli Serdang telah memeriksa kelainan fisiologis padi yang terjadi pada lebih dari 120 hektare sawah

Dalam aspek sosial, Jaka berpendapat sudah saatnya gencar melakukan edukasi kepada anak-anak muda agar tertarik menjadikan petani sebagai profesi. Upayanya bagaimana menjadikan hasil-hasil pertanian sebagai komoditas yang menguntungkan dan menjanjikan. Bagaimana menjadikan pertanian sebagai pekerjaan yang menarik dengan mengembangkan aplikasi-aplikasi, model otomatisasi dengan dikontrol melalui handphone.

“Intinya dengan internet of thinks, mudah-mudahan menarik anak-anak muda menjadi petani milenial tapi dengan penghasilan yang cukup. Karena dengan praktek yang kita lakukan, di lahan sekitar 400 meter persegi dengan sistem pertanian hidroponik cukup menjanjikan asal ada kemauan," Jaka menambahkan untuk membentengi ketahanan terhadap krisis pangan.

KAKAK INDRA PURNAMA

Baca juga : Pakar Sebut Resesi Globat Tak Berdampak Langsung ke Indonesia, Ini Alasannya

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

2 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.


Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

2 hari lalu

Pakar hukum sekaligus Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.


UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

2 hari lalu

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM Djagal Wiseso Marseno meninjau pelaksanaan UTBK Gelombang Pertama di Kampus UGM, Sabtu (13/4/2019). (ANTARA/Luqman Hakim)
UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

Universitas Gajah Mada buka pendaftaran online seleksi mandiri UGM sejak 17 April hingga 7 Mei 2024. Lokasi ujian mandirinya?


Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

2 hari lalu

Suasana Gang 8, Jalan Nusa Indah IV, RT8/RW4 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin, 22 April 2024. Tersedia 32 item pencegah krisis planet di lokasi ini, mulai dari kolam gizi warga, tanaman produktif hingga akuaponik. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

Inisiatif lokal untuk mitigasi krisis pangan lahir di jalan gang di Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Berbekal dana operasional RT.


Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

2 hari lalu

Dosen dan mahasiswa Fakuktas Hukum UGM Yogyakarta menggelar mimbar
Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

Pakar hukum di UGM sebut ada 3 genre hakim dalam memutus perkara. Apa saja?


Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

2 hari lalu

Dosen dan mahasiswa Fakuktas Hukum UGM Yogyakarta menggelar mimbar
Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

MK sebelumnya telah menolak gugatan sengketa pilpres 2024 yang diajukan kubu Anies dan Ganjar.


Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

4 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.


Dosen dan Mahasiswa UGM Gelar Aksi Kampus Menggugat, Tuntut Putusan MK yang Adil

4 hari lalu

Aktivis perempuan termasuk dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi Kampus Menggugat dalam peringatan Hari Kartini di Balairung UGM Yogyakarta Minggu 21 April 2024. Dok.istimewa
Dosen dan Mahasiswa UGM Gelar Aksi Kampus Menggugat, Tuntut Putusan MK yang Adil

Sejumlah aktivis perempuan termasuk dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi Kampus Menggugat dalam peringatan Hari Kartini di Balairung UGM Yogyakarta Minggu 21 April 2024.


Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

4 hari lalu

Aktivis perempuan termasuk dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi Kampus Menggugat dalam peringatan Hari Kartini di Balairung UGM Yogyakarta Minggu 21 April 2024. Dok.istimewa
Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.


Aktivis hingga Dosen Perempuan Kumpul di UGM Gelar Kampus Menggugat Kawal Putusan MK

5 hari lalu

Tim Hukum Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Tim Hukum Ganjar Pranowo-Mahfud Md. tampak bersalaman dan berpelukan usai sidang sengketa hasil Pilpres di Gedung MK, Jakarta pada Jumat, 5 April 2024. (Ist.)
Aktivis hingga Dosen Perempuan Kumpul di UGM Gelar Kampus Menggugat Kawal Putusan MK

Dia mengatakan MK adalah anak kandung Reformasi, yang dilahirkan dengan harapan bisa menjaga negara agar tetap berpijak pada konstitusi.