“Kalau bisa ya jangan ada kenaikan lagi dari BI. Kemarin kami masih support, naik gak apa-apa di 4,25 (persen). Sekarang situasi market-nya, terutama ekspor lagi nggak bagus, yang bagus hanya sektor tertentu seperti minyak sawit dan batu bara,” ungkapnya.
Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyarankan sebaliknya. Kata dia, sudah sepatutnya BI menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini karena tingkat inflasi masih tinggi dan aliran modal asing yang ke luar Indonesia juga masih deras.
"Menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 basis poin akan membantu Bl untuk memperlambat arus keluar modal dan mengurangi tingkat depresiasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi dari produk impor," kata Teuku.
Inflasi pada September 2022 kata dia masih tinggi, yaitu 5,95 persen secara tahunan, lebih tinggi dari catatan bulan sebelumnya 4,69 persen dan jauh di atas sasaran target inflasi BI sebesar 3 persen plus minus 1 persen.
Sementara itu, arus modal keluar sudah sekitar US$ 1,66 miliar dari pertengahan September hingga pertengahan Oktober, sehingga total modal keluar mencapai US$ 8,13 miliar sejak kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed pertama pada Maret.
Baca juga: Inflasi dan Arus Modal Keluar Masih Tinggi, Suku Bunga BI Disarankan Naik Hari Ini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini