TEMPO.CO, Jakarta - Jajaran Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dijadwalkan memaparkan kinerja dalam paparan publik terkait dengan rencara kerja dan kondisi perseroan pada hari ini, Kamis, 20 Oktober 2022. Paparan publik merupakan salah satu syarat dari Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melepas suspensi saham GIAA.
Paparan publik insidentil ini akan digelar secara hybrid pada pukul 13.00-14.30 hari ini. Adapun paparan publik tersebut berlokasi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Dalam paparan publik ini, direksi BUMN penerbangan ini akan membahas sejumlah hal. Beberapa hal yang dijelaskan adalah kondisi kegiatan usaha dan perkembangangan bisnis, kinerja dan strategi keuangan, serta perkembangan restrukturisasi utang perseroan sesuai dengan Perjanjian Perdamaian PKPU.
Baca: Garuda Kembali Gelar Travel Fair Offline GATF 2022, Diskon Tiket Hingga 80 Persen
Adapun paparan publik ini akan dihadiri jajaran Direksi GIAA yakni Direktur Utama lrfan Setiaputra, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Prasetio, Direktur Operasi Tumpal Manumpak Hutapea, Direktur Teknik Rahmat Hanafi, dan Direktur Layanan dan Niaga Ade R Susard.
Saham GIAA saat ini nyaris delisting dan kini masih dalam kondisi disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena kinerja keuangannya tidak sehat. Untuk dapat membuka suspensi saham ini, BEI memberikan syarat di antaranya memberkan penjelasan perkembangan strukturisasi utang perusahaan, dan perjanjian perdamaian telah berkekuatan hukum tetap.
Pada kurun waktu semester I tahun 2022, GIAA sudah melaporkan kondisi keuangan berbalik menjadi meraup laba bersih sebesar US$ 3,76 miliar. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mencatat rugi sebesar Rp 808,65 juta.
Tentang restrukturisasi utang, Garuda Indonesia sudah mendapat lampu hijau dari pemegang saham untuk melakukan sejumlah aksi korporasi yakni rights issue, private placement, dan konversi OWK. Rencananya perusahaan bakal menggelar rights issue pada Desember mendatang.
Untuk aksi korporasi ini, saham akan ditargetkan di kisaran Rp 50 hingga Rp 225 per saham. GIAA direncanakan mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun dari pemerintah sebagai upaya untuk menyehatkan neraca keuangan perusahaan.
Selanjutnya: Dana Rp 3 triliun dari PMN akan digunakan untuk modal kerja.