Sementara itu, IHK inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi naik 6,6 persen yoy, level tertinggi sejak 1982. Dari bulan sebelumnya, IHK inti naik 0,6 persen.
Adapun Direktur Investasi d Aberdeen Standard Investments James Athey menyebutkan data inflasi yang dirilis hari ini bukankan data yang diharapkan pasar atau The Fed. Ia memperkirakan tekanan inflasi tetap tinggi.
"Kenyataannya adalah bahwa untuk masa mendatang The Fed tetap bersikap hawkish. Ini akan mendorong imbal hasil obligasi dan dolar AS tetapi ini menjadi berita yang buruk untuk pasar saham." tuturnya.
Menurut dia, lonjakan data inflasi inti AS tersebut yang kemudian semakin menekan The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif guna membasmi inflasi yang masih sulit turun. Pasar kini memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan November mendatang.
Sementara suku bunga acuan diperkirakan menyentuh 4,85 persen sebelum siklus pengetatan berakhir. Manajer portofolio senior Federated Hermes Steve Chiavarone mengatakan adanya kenaikan harga energi yang berkelanjutan dapat membawa inflasi ke level tertinggi baru.
“Itu bisa sangat mengkhawatirkan bagi pasar (bursa AS) karena mendorong kembali ekspektasi inflasi puncak, puncak sikap hawkish the Fed, dan dapat memaksa pasar memproyeksikan suku bunga acuan di atas 5 persen,” kata Chiavarone.
BISNIS
Baca: Arcandra Tahar Cerita Soal Singapura Bisa Turut Jadi Penentu Harga BBM
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.