"Dalam pengertian driver memiliki kebebasan untuk bekerja dengan aplikasinya. Dia mau bekerja, ya dia nanti dapat uang," tutur Imam. "Sementara dari segi keuntungan, Maxim hanya mendapatkan biaya komisi dari setiap transaksi."
Sehingga, kata dia, jika diukurkan bisa mensejahterakan itu terlalu berat. Dia juga mempertanyakan dasar untuk mensejahterakan itu dari mana. Imam memilih menyebutkan bahwa di Maxim lebih kepada memberikan tambahan penghasilan, bukan menyejahterakan.
Ia lalu mencontohkan satu keluarga ada lima orang otomatis untuk masuk tahap sejahtera akan sulit. Imam meminta agar hal-hal seperti itu juga perlu kejelasan. "Saya enggak meng-counter cuma memberikan gambaran saja. Saya melihat dari Maxim yang bertumbuh sampai sekarang dan terus on growing. Kita enggak mengklaim berkontribusi, tapi gampangnya kalau driver enggak merasakan manfaat, enggak gak merasakan hasil dari sini, pasti dia berhenti," kata Imam.
Sebelumnya, Djoko Setijowarno menilai ojol sebagai bisnis gagal karena driver-nya kerap mengeluh dan demo. Selain itu, kata dia, pengemudi ojol sebagai mitra tidak akan merasakan peningkatan pendapatannya karena tergerus oleh potongan fasilitas aplikasi yang sangat besar
“Kegagalan bisnis transportasi daring sudah terlihat dari pendapatan yang diperoleh mitranya atau driver ojek daring,” ujar dia Djoko lewat keterangan tertulis pada Senin, 10 Oktober 2022.
Baca juga: Ojek Online Dinilai Sebagai Bisnis yang Gagal, Pengemudi: Saya Sepakat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.