TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Bernard Atdjaes, mengirimkan sebuah potret pelabuhan kapal bongkar muat di Kabupaten Kepulauan Aru. Foto itu diambil dari udara, yang memperlihatkan dengan jelas pelabuhan kapal tersebut sudah sangat padat, tak ada lagi lahan tersisa di sekitarnya.
Bernard yang akrab disapa Beat, tak paham berapa persis ukuran pelabuhan kapal, yang dinamai Pelabuhan Yos Sudarso Dobo. Yang dia ingat persis, sudah pernah diusulkan agar pelabuhan itu diperlebar pada tahun 2000.
Akan tetapi kenyataannya, upaya pelebaran itu tak pernah terjadi sampai berita ini ditulis. Di antara alasannya adalah masalah biaya dan kendala izin lingkungan.
“Perluasan pelabuhan itu ranahnya otoritas lain, saya hanya menilai dari aspek perdagangan,” kata Beat kepada Tempo, Senin, 12 September 2022.
Kabupaten Kepulauan Aru beribu kota di Dobo. Luas wilayahnya sekitar ± 55.270,22 Km2 dengan luas daratan ± 6.426,77 Km². Kabupaten ini merupakan wilayah kepulauan dengan pulau-pulau berbagai ukuran dengan jumlah pulau sebanyak 187 pulau. Sekitar 89 pulau berpenghuni, dan sisanya masih kosong.
Dengan posisi geografis seperti tersebut, maka pelabuhan memiliki peran penting sebagai sarana transportasi laut dan pengiriman bahan makanan serta barang-barang untuk diperjual-belikan. Beat mengatakan bahan-bahan kebutuhan pokok yang keluar-masuk Pelabuhan Yos Sudarso Dobo di antaranya beras, minyak goreng hingga bahan-bahan penting seperti seng dan besi. Barang-barang itu, umumnya berasal dari dari Surabaya, Jawa Timur.
Lalu bagaimana selama ini warga Kepulauan Aru mengatasi kondisi pelabuhan yang sudah tak memadai kapasitasnya? Beat menjelaskan hanya kontainer – kontainar kecil yang bisa bongkar-muat di pelabuhan tersebut. Ketika ada kapal barang dari Surabaya masuk, maka kontainer yang kosong harus diangkat dulu - baru kontainer dari dalam kapal bisa masuk pelabuhan.
Beat menekankan, perluasan Pelabuhan Yos Sudarso Dobo ini sudah sangat mendesak mengingat pelabuhan ini juga digunakan sebagai bongkar - muat pengiriman bahan-bahan pokok. Buntut dari kondisi ini, maka biaya hidup warga di Kepulauan Aru menjadi mahal.
Mika Ganobal, Koordinator Gerakan Save Aru, mengatakan pada Tempo harga ikan di Pulau Aru lebih murah ketimbang harga sayur-mayur. Di Pulau Aru, harga sepiring nasi dengan lauk ikan dibandrol Rp 15 ribu, namun seporsi nasi dengan sayur harganya bisa Rp30 ribu.
Sebagian besar warga di Kabupaten Aru bermata pencaharian sebagai nelayan. Di Aru, ada nelayan pengumpul yang menjual hasil tangkapan ke kota Dobo. Namun, ada pula pembeli pengumpul yang langsung datang ke desa-desa untuk membeli hasil tangkapan para nelayan di Kepulauan Aru.
“Kalau ada barang jualan yang dibawa ke luar Kota Dobo, biasanya itu kelasnya pengusaha (bukan warga ekonomi lemah). Kadang menggunakan pula pesawat TNI AL karena kalau pakai laut bisa tujuh hari untuk sampai ke Surabaya saja,” kata Mika.