Pada semester I 2022, EBITDA operasional ADRO naik 269 persen menjadi 2,34 miliar dolar AS dari periode yang sama tahun lalu 635 juta dolar AS karena harga dan produksi masing-masing naik 117 persen dan 6 persen. Harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) pada kuartal II 2022 naik 135 persen (yoy).
Sedangkan laba inti perseroan pada semester I 2022 mencapai 1,45 miliar dolar AS atau setara dengan kenaikan 338 persen (yoy) berkat harga yang sangat tinggi dalam sejarah akibat peristiwa-peristiwa geopolitis dan efisiensi operasional yang dilakukan secara berkesinambungan.
Semester pertama 2022 dinilai sebagai semester yang sangat kondusif untuk harga batu bara, sehingga mendorong pendapatan ADRO menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Hal itu dipicu oleh gabungan berbagai faktor yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat, mulai dari cuaca tak menentu yang mengakibatkan kenaikan permintaan bagi produk-produk perseroan, sampai kelangkaan pasokan yang belum juga teratasi akibat masalah pengadaan alat berat dan cuaca buruk di wilayah-wilayah tambang secara global. Namun, dampak terbesar disebabkan risiko geopolitis dari Eropa.
Pendapatan, EBITDA dan laba bersih perseroan mencapai rekor tertinggi kinerja semester pertama sejak perusahaan pertama kali melantai di bursa 14 tahun lalu.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini