Ia kemudian bekerja sebagai analis untuk Global Credit Research and Investment Banking di JP Morgan Singapura (1997-1998). Armand juga pernah menjabat berbagai posisi manajerial di PT Djarum (1998-2004).
Adapun kiprahnya di sektor perbankan Indonesia berawal setelah dia bergabung dengan BCA sebagai Kepala Divisi Perencanaan Wilayah pada 2004 hingga 2006.
Tugas Armand di lini bisnis perbankan Grup Djarum tersebut adalah membantu mengembangkan perusahaan yang dilanda dampak krisis ekonomi 1998. Pada awal 2000-an, saham perusahaan diakuisisi oleh konsorsium yang masih terafiliasi dengan Grup Djarum.
Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan pihaknya menawarkan sejumlah produk investasi wealth management yang relatif konservatif, namun tetap dapat menguntungkan nasabah.
Sebagai contoh, BCA menawarkan obligasi dengan underline asset global bond dengan proyeksi income rate di atas 5 persen. Jahja menyebutkan produk tersebut sangat menarik untuk jangka panjang karena dikemas dalam bentuk Dolar AS.
“Obligasi ini sampai tahun 2030 hingga 2050. Pada saat itu anda mendulang profit,” kata Jahja.
Ia mencontohkan pengalamannya dalam membeli obligasi dalam dolar AS. Pada satu titik, ujar Jahja, harga obligasi tersebut bisa tumbuh hingga 12 persen.
Oleh karena itu, menurut dia, saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dengan membeli obligasi global. “Wealth Management BCA memberikan potensi yang kuat untuk Anda mendapatkan kekayaan yang membesar,” kata Jahja.
BISNIS
Baca: Tak Bisa Bahasa Inggris, Bahlil Ungkap Jurus Bisa Jadi Menteri Investasi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.