TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga di Bali memberikan tanggapan beragam soal rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak atau BBM bersubsidi yang kabarnya diumumkan pekan depan.
"Kalau naik mau bagaimana lagi, harapannya mudah-mudahan harga BBM Pertalite gak naik karena saya pakai itu paling murah," kata Luh Dewi, 32 tahun, salah satu pembeli di SPBU 54.801.49 atau SPBU Monang-Maning Denpasar, Selasa.
Luh Dewi mengaku sehari-hari memakai BBM bersubsidi untuk sepeda motor yang dipergunakan bekerja dan menjemput anak sekolah dengan nominal beli Rp25.000 untuk sepekan.
Warga Bali lainnya bernama Yoga Sanjaya, 25 tahun, mengaku tak begitu mempermasalahkan kenaikan harga BBM, namun ia berharap ada pertimbangan sebelum rencana ini direalisasikan.
"Sudah dengar isunya, setuju tidak setuju sih ya, saya dengar juga bahkan katanya subsidi dicabut pelan-pelan, tapi " kata Yoga.
Kepada media, warga Kota Denpasar itu mengaku masih akan tetap menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak, belum beralih ke kendaraan listrik. Sebagai gantinya, apabila rencana kenaikan harga BBM tetap terjadi maka dirinya akan berhemat.
"Kemungkinan bakal mengirit penggunaannya, sebenarnya harapannya ya harga bisa turun, kalau pun naik ya jangan naik terus," ujarnya usai membeli BBM subsidi.
Sementara itu, mengenai isu naiknya harga BBM subsidi pertama kali datang dari keterangan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat, 19 Agustus 2022.
Luhut menyebut akan terdapat kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar yang pada pekan depan segera diumumkan Presiden Jokowi. Kabar ini dengan cepat sampai ke telinga masyarakat.