TEMPO.CO, Jakarta -Setahun berselang, Presiden Republik Indonesia dalam lampiran pidato kenegaraan 16 Agustus 2021 menyampaikan amanatnya agar industri hulu migas untuk meningkatkan produksi minyak dan gas nasional yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menyiapkan lima strategi utama.
"Pertama optimalisasi produksi lapangan existing," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulis pada Rabu, 17 Agustus 2022.
Selanjutnya, melakukan transformasi sumber daya contingent ke produksi, mempercepat chemical enhanced oil recovery (EOR), menggalakkan kegiatan eksplorasi migas dan mempercepat peningkatan regulasi melalui one door service policy (ODSP) dan insentif hulu migas.
Komitmen untuk mencapai target tersebut telah ditunjukkan dengan program kerja 2022 yang masif dan agresif, dengan beberapa aktivitas hulu migas melampaui sebelum adanya pandemi Covid-19.
“Semangat melakukan kegiatan extra ordinary meskipun masih dalam situasi pandemi Covid-19, ditunjukkan industri hulu migas dengan program pengeboran sumur pengembangan yang sangat agresif dan masif," ujarnya.
Hingga 31 Juli, jumlah sumur yang dibor telah terealisasi 419 sumur pengembangan, atau hampir dua kali lipat dari pemboran pada Juli 2021 yang mencapai 220 sumur (year on year/YoY 190 persen).