Dwi menambahkan bahwa terdapat sejumlah indikator kinerja industri hulu migas yang menunjukkan hasil yang menggembirakan, antara lain: reserve replacement ratio (RRR) mencapai 79 persen dari target 100 persen dengan penambahan cadangan selama periode in adalah sebesar 501,5 juta barrel minyak ekuivalen (MMBOE), dengan komitmen investasi mencapai US$ 9,6 miliar atau sebesar Rp 139 triliun.
Pada saat situsi perekonomian belum sepenuhnya pulih, kata dia, kontribusi hulu migas bagi penerimaan negara sangat dirasakan, yang sampai Juli 2022 sudah mencapai US$ 11,05 miliar atau sekitar Rp 160 triliun. Capaian ini adalah sebesar 111 persen dari target APBN sebesar US$ 9,95 miliar, atau 66,1 persen dari target APBN-P 2022 sebesar US$ 16.7 miliar.
Dia mengatakan imdustri hulu migas berhasil menjaga operasional secara efisien sehingga berdampak pada terjaganya biaya cost recovery sebesar US$ 3,88 miliar atau 44.8 persen dari ketetapan APBN sebesar US$ 8,65 miliar.
"Hal ini tentu memberikan kontribusi pada penerimaan negara yang menjadi lebih optimal," ujar Dwi.
Untuk menjaga kehandalan operasional hulu migas guna mencapai target tahun ini dan menjadi pondasi bagi peningkatan produksi jangka panjang, SKK Migas dan KKKS telah melakukan upaya untuk meningkatkan pengeboran sumur, workover & well service.
Kemudian mengurangi unplanned shutdown, mempercepat proyek on stream dan mempercepat program filling the gap. Langkah lainnya adalah melakukan strategic alliance: no cure no pay & new KSO, serta percepatan komersialisasi gas.
Adapun pada 2023, lifting minyak 660 ribu barel per hari (bph) atau turun dibandingkan target tahun ini yang 703 ribu bph. Sedangkan lifting gas 2023 sebesar 1,05 juta barel setara minyak per hari, juga lebih rendah dibandingkan target tahun ini 1,36 juta.
Baca Juga: BPS: Impor Indonesia Naik Jadi USD 21,35 Miliar pada Juli 2022
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.