Salah satu offtaker yang tengah ia pertimbangkan adalah industri pakan ternak dimana industri bahan bakunya 50 persen jagung dan 50 persen protein lain.
Terkait dengan offtaker, kata Airlangga, sudah ada delapan industri kecil dan menengah yang selama ini menjadi tradisional market dari sorgum. Kedepannya akan dibangun sesuai dengan jumlah lahan yang diperluas.
Ia pun berharap Badan Riset dan Inovasi Nasional dapat terus mengembangkan varietas sorgum. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga ditugaskan untuk mempersiapkan kebutuhan air dalam bentuk irigasi ataupun embung di wilayah klaster pertama yang dicoba yakni di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Dalam klaster pertama tersebut diharapkan dalam 100 hari bisa dievaluasi karena tanaman ini adalah tanaman yang sifatnya 3 bulanan,” kata Airlangga.
Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menjelaskan terkait kondisi terkini perekonomian nasional, dimana Pemerintah tetap optimis pertumbuhan ekonomi di Q2 di atas 5 persen. Terkait dengan inflasi, Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah juga telah diintruksikan untuk menjaga dan memonitor komoditas-komoditas, termasuk komoditas pangan.
Di tengah pelarangan ekspor gandum oleh sembilan negara hingga akhir Desember 2022, pemerintah juga memutuskan untuk mengembangkan tanaman pengganti gandum seperti sagu dan singkong.“Arahan Bapak Presiden seluruhnya perlu dipersiapkan agar kita punya substitusi dan diversifikasi dari produk tersebut,” ujar Airlangga.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini