TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu sore, 27 Juli 2022, ditutup melemah di level Rp 15.010. Mata uang garuda mengendur 17 poin dari perdagangan kemarin yang ditutup di level Rp 14.993 per dolar Amerika Serikat.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 15.000-Rp 15.040," ucap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi pada Rabu, 27 Juli.
Dari sisi eksternal, rupiah tertekan oleh kondisi global. Ekuitas Amerika yang jatuh pada Selasa menjelang keputusan kenaikan suku bunga menyebabkan investor waspada. Investor khawatir adanya tanda-tanda perlambatan ekonomi dan potensi kesengsaraan energi di Eropa.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada akhir bulan. Di saat yang sama, Dana Moneter Internasional memperingatkan ekonomi dunia akan segera berada di puncak resesi.
Pengetatan moneter, kekurangan energi Eropa atas invasi Rusia ke Ukraina, dan hambatan untuk sektor properti Cina, serta pembatasan kegiatan karena Covid-19 tetap menjadi hambatan bagi pemuoloihan ekonomi global. Kemudian, kepercayaan terhadap Dewan Konferensi (CB) Amerika turun menjadi 95,7 atau level terendah selama dua tahun.
Meski demikian, Ibrahim mengatakan perekonomian Indonesia akan tetap sehat dan terus melanjutkan proses pemulihan tumbuh positif ke depan. Kondisi ini didukung oleh kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia yang masih mencukupi.
Walau kenaikan harga komoditas menjadi beban bagi banyak negara lain, ia menyebut kondisi itu justru menjadi berkah bagi Indonesia. Penerimaan pemerintah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan selama periode booming harga komoditas.
"Struktur ekonomi Indonesia juga cukup kokoh ditopang oleh berbagai badan usaha baik yang dimiliki oleh negara, seperti perusahaan-perusahaan BUMN maupun swasta nasional di berbagai sektor ekonomi," ucap Ibrahim.
Selain itu, Indonesia memiliki kebijakan moneter dan fiskal yang dipandang terencana cukup baik. Utang pemerintah yang tidak melewati batas 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) dinilai menjaga stabilisasi ekonomi.
Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil tumbuh tinggi di tengah suramnya ekonomi global. Ekonomi Indonesia diperkirakan naik menjadi 5,3 persen pada 2022.
Baca: IHSG Diprediksi Melemah, Samuel Sekuritas Rekomendasikan Beli 8 Saham Ini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.