INFO BISNIS - Langkah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (kode saham: BBNI) memerangi penyebaran berita bohong atau hoaks mendapat apresiasi dan percontohan bagi pelaku industri keuangan yang sarat dengan bisnis kepercayaan.
Chief Information Security Officer BNI, Andri Medina, mengatakan perseroan bekerja sama dengan berbagai pihak terutama pemangku kepentingan. BNI sudah disediakan satu tools untuk melakukan pelaporan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), yaitu dengan aduan instansi.
“Kami tentunya mengoptimalkan tools Kemenkominfo tersebut, sehingga berita-berita bohong dapat diredam dan diblokir. Dengan diblokir akun-akun bodong, maka lebih banyak berita bohong yang dapat dibendung agar tidak lagi menyebar luas di masyarakat. Kami pun memperbanyak sosialisasi dan peningkatan literasi guna meningkatkan semangat masyarakat dalam menyebarkan konten-konten informatif dan berkualitas,” kata Andri.
Andri memaparkan ada dua strategi juga yang ditekankan BNI untuk menghadang dan mengatasi hoaks saat ini. Pertama, melalui pengembangan skill tim internal BNI untuk percepatan penanganan setiap kasus-kasus berita hoaks. “Kedua, dengan semangat Go Digital kami menggunakan teknologi guna mendeteksi sekaligus penanganan berita hoaks yang lebih cepat. Ini sangat memungkinkan khususnya dengan bantuan artificial intelligence atau AI,” ujarnya.
Plt Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika, Anthonius Malau, menjabarkan Kemenkominfo bisa menerima berita hoax hingga 5.000 laporan dalam satu hari. Sehingga, Kemenkominfo pun menyambut baik sinergi bersama untuk menyapu sampah digital atau misinformasi yang terjadi hampir setiap harinya.
Menurutnya, langkah BNI dalam memerangi hoaks perlu diapresiasi. Terlebih, BNI melakukan pelaporan, yang diikuti pula dengan berbagai program sosialisasi untuk meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat.
“Kami pun melihat kesadaran masyarakat untuk melaporkan berita hoaks makin meningkat. Semoga ke depannya, lebih banyak masyarakat yang tidak mudah terpengaruh berita tidak benar,” kata Anthonius.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia, Wenseslaus Manggut, berharap kerja sama antar pihak bisa terus terbangun seperti membuat komite digital menangkal penyebaran berita hoax. Ini dikarenakan daya engage berita hoaks berkali-kali lipatnya ketimbang upaya klarifikasi.
“Daya engage hoaks lebih melesat cepat dalam membuat kerusakan sehingga model klarifikasi konvensional saja tidak cukup,” ucapnya. (*)