TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah menurunkan biaya sewa pesawat atau lease rate untuk menurunkan biaya operasional dan optimalisasi mengejar profitabilitas perseroan.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan permasalahan utama yang dihadapi Garuda Indonesia adalah mahalnya biaya sewa pesawat, apalagi dengan jumlah pesawat yang banyak.
“Masalah Garuda terutama adalah jumlah pesawat yang banyak dan sewa pesawat dari lessor yang terlalu mahal, sehingga Garuda selama bertahun-tahun sulit mendapatkan profitabilitas,” kata Kartika selama konferensi pers, 28 Juni 2022.
Pria yang disapa Tiko ini mengatakan Garuda Indonesia telah bernegosiasi dan menurunkan lease rate untuk jenis pesawat narrow body dan wide body dengan cukup signifikan. Contohnya, kata dia, pesawat wide body seperti Airbus A330-300 lease rate turun dari US$ 1,1 juta menjadi US$ 380 ribu atau turun 56 persen.
“Yang familiar juga pesawat Boeing 777 yang dipakai Pak Presiden Jokowi ke Eropa saat ini. Boeing 777 ini yang paling mahal lease rate-nya, dulu US$ 1,570 juta sekarang turun menjadi US$ 484 ribu atau 69 persen,” kata Tiko.
Sedangkan untuk pesawat narrow body seperti Boeing 737-800 yang banyak dipakai untuk rute jarak pendek atau domestik, lease rate-nya turun dari US$ 320 ribu menjadi US$ 215 ribu atau 35 persen. Angka penurunan serupa juga terjadi pada Airbus A320-200 yang menjadi armada inti Citilink dari US$ 320 ribu menjadi US$ 215 ribu atau 35 persen.
“Jadi kami berhasil menurunkan lease rate narrow body sebesar 31 persen dan wide body sebesar 56 persen,” paparnya.
Biaya lease rate baru pesawat narrow body Garuda Indonesia akan mulai masuk per Desember 2022. Sedangkan untuk lease rate pesawat wide body akan mulai pada 2023.
Optimalisasi jumlah armada pesawat juga dilakukan Garuda Indonesia. Garuda akan mengoptimalisasi jumlah armada dari 210 pesawat menjadi 120 pesawat disertai optmalisasi rute yang dinilai menguntungkan.
“Kami akan menyeleksi rute internasional mana saja yang menguntungkan. Sementara itu, kami akan fokus 89 persen di domestik,” katanya.
Efisiensi operasional juga dilakukan dengan menerapkan Power by the Hour (PBH), artinya Garuda hanya akan membayarkan biaya sewa pesawat kepada lessor sesuai dengan durasi pemakaian pesawat.
Garuda Indonesia juga akan mengoptimalisasi pendapatan kargo dan ancillary, dengan memanfaatkan belly capacity untuk kargo. Selain itu, Garuda Indonesia akan menerapkan proses digitalisasi operasional dan memperluas product offerings untuk pendapatan ancillary.
Garuda Indonesia saat ini sedang mengintensifkan diskusi bersama pemerintah untuk pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun melalui rights issue pertama. “Pemerintah akan menginjeksi Garuda Indonesia sebesar Rp 7,5 diharapkan triwulan III atas persetujuan DPR RI,” kata Kartika.
Baca: Erick Thohir: Garuda Fokus Penerbangan Domestik, Dulu 70 Persen Internasional Rugi Semua
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini