Adapun Garuda akan menawarkan penyelesaian kewajiban usaha khususnya kepada lessor dengan nilai tagihan di atas Rp 255 juta melalui penerbitan surat utang baru dengan nilai total US$ 800 juta serta ekuitas dengan nilai total US$ 330 juta. Penawaran ini untuk kreditur finance lessor; vendor maintenance, repair, dan overhaul (MRO); serta produsen pesawat.
Penawaran surat utang dan ekuitas dengan nilai tersebut, kata Irfan, akan melihat perkembangan negosiasi dan komunikasi bersama kreditur. “Itu sifatnya bukan penawaran, tapi mereka akan dapat. Bukan hanya lessor tapi semuanya. Kreditur lokal juga,” ucap Irfan.
Dalam menghadapi voting PKPU, perseroan membutuhkan suara 50+1 dari headcount dan 67 persen klaim dari kreditur non-preferen yang memiliki hak pengambilan suara. Irfan mengakui sejumlah kreditur kecil belum menyepakati beberapa tawaran yang diberikan emiten berkode GIAA itu dalam proposalnya.
Namun ia meyakini dalam jangka waktu yang masih tersisa sebelum pemungutan suara, perseroan telah mencapai kesepakatan. “Memang masih ada perbedaan, tapi sudah mengerucut dibandingkan dengan bulan lalu,” ucap bos Garuda tersebut.
Baca juga: Eks Pilot Menanti Pesangon Usai Merpati Pailit: Kami Pegang Janji Erick Thohir
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini