TEMPO.CO, Jakarta - Center for Strategic and International Studies (CSIS) merilis survei dampak pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur. Survei tersebut dilakukan pada 170 responden dari berbagai profesi baik bisnis, politik, hingga akademisi.
Salah satu hasil survei tersebut adalah kontribusi Jakarta usai tidak lagi menjadi ibu kota negara. Fajar B. Hirawan, Kepala Departemen Ekonomi CSIS mengatakan Jakarta akan tetap memiliki daya kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Terlepas statusnya sebagai ibukota atau tidak, untuk jangka pendek dan menengah Jakarta masih jadi salah satu wilayah yang berkontribusi sangat besar terhadap perekonomian Indonesia secara umum,” ujar Fajar dalam konferensi pers pada Senin, 6 Juni 2022.
Fajar menyebutkan, kontribusi ekonomi Pulau Jawa terhadap PDB Indonesia adalah yang paling tinggi, khususnya di Jakarta yakni sebesar 16 sampai 18 persen. Faktor yang paling krusial kontribusi Jakarta adalah lapangan pekerjaan.
Hal itu juga didukung dengan hasil survei yang menunjukkan lebih dari 60 persen responden atau para ahli menyatakan kinerja upah yang ada di Jakarta sangat kuat.
Ia berujar distribusi penduduk pekerja Indonesia di Jakarta sangat dominan, terutama di sektor perdagangan sebesar 24 persen. Upah di DKI Jakarta juga paling tinggi nominalnya dengan kisaran Rp 5,59 juta rupiah atau di atas rata-rata upah buruh nasional yaitu Rp 2,89 juta.
Upah DKI Meningkat Pesat