TEMPO.CO, Jakarta - Suasana Pasar Kramat Jati pada Jumat, 3 Juni 2022, lebih lengang dari biasanya. Di sepanjang lorong di pasar yang berlokasi di Jakarta Timur itu, tak banyak penjual bahan pokok membuka kiosnya.
Rudianto adalah satu di antara segelintir pedagang yang lampu di lapaknya menyala. Sambil duduk-duduk, ia menanti pembeli. “Pembeli sepi, daya beli turun,” katanya.
Baca Juga:
Kondisi pasar tak lagi sama seperti saat Ramadan dan Lebaran 1443 Hijriah lalu. Kala itu pembeli hilir-mudik mengunjungi lapak milik Rudianto. Turunnya jumlah pembeli di pasar, kata Rudianto, terjadi setelah harga bahan pokok melambung.
Belakangan, telur ayam mengalami kenaikan tinggi hingga Rp 30 ribu per kilogram. Setelah harga komoditas pangan ini naik, praktis penjualannya menyusut.
Menyusuri satu demi satu lorong di Pasar Kramat Jati, Yuyang--ibu rumah tangga asal Jakarta—masyugul. Dia kecele setelah mendengar harga telur di pasar melejit. Rencananya ia ingin berbelanja telur untuk stok kebutuhan sehari-hari.
“Sudah lama kulkas saya tidak diisi telur, harga naik semua. Ini cukup membebani,” katanya.
Tiga kilometer jauhnya dari Pasar Kramat Jati, harga telur di warung milik Daswanto tak berbeda kondisinya. Harga telur yang dijual di warung sederhana itu pun merangkak naik.
“Dari agen sudah tembus Rp 31 ribu per kilogram,” katanya. Padahal sebelumnya, harga telur dipatok Rp 28 ribu per kilogram.