Pada sisi global, Perry menilai proses pemulihan ekonomi akan terganggu di tengah lonjakan inflasi dan kebijakan moneter di beberapa negara. Pertumbuhan ekonomi beberapa negara seperti Jepang, Cina, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan India akan melambat tahun ini jika dibandingkan dengan posisi 2021.
Sementara itu, dari dalam negeri, Perry menilai ekonomi semakin pulih ditandai dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, keyakinan konsumen, kenaikan penjualan eceran, permintaan masyarakat, dan ekspor.
Dalam kebijakannya, BI juga memperkuat bauran kebijakan dengan memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah. Hal tersebut dilakukan demi menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi.
Untuk mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas, BI menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah secara bertahap. GWM rupiah untuk Bank Umum Konvensional sebesar 5,01 persen naik menjadi 6,01 persen mulai Juni 2022, lalu7,5 persen mulai 1 Juli 2022 dan sebesar 9 persen mulai 1 September 2022.
Baca: Sri Mulyani Beberkan 3 Ancaman Besar yang Dihadapi Dunia, Apa Saja?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.