Tahun ini, kata Budi, menjadi tantangan bagaimana melayani permintaan masyarakat yang tinggi untuk melakukan perjalanan. Apalagi jumlah armada pesawat yang dioperasikan sebelumnya 550 unit, tahun ini hanya sekitar 350 unit.
Sejumlah upaya dilakukan sebagai antisipasi lonjakan penumpang pesawat, seperti mengoptimalkan operasional pesawat, dari lima kali take off dan landing menjadi delapan kali. Kemudian juga memanfaatkan pesawat berbadan lebar untuk penerbangan domestik di rute terpadat, memaksimalkan 24 jam operasional bandara dan pelayanan navigasi, serta memastikan keselamatan pesawat dan personel penerbangan.
Stimulus juga dilakukan, seperti peningkatan fasilitas navigasi kalibrasi penerbangan di 44 bandara 100 fasilitas navigasi udara, memberi subsidi berupa Public Service Obligation (PSO) kepada 168 bandara, dan bantuan keuangan lain berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui hibah luar negeri, serta pemberian relaksasi pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Tahun ini, kata Budi, data dari Traveler 2022 pada penumpang mudik angkutan udara sebanyak 2,9 juta orang atau 82 persen dari mudik tahun 2019. “Ini juga menunjukkan optimalisasi utilitas armada pesawat telah efektif dilakukan untuk melayani lonjakan penumpang,” tuturnya.
Dia berharap tingginya permintaan penumpang saat mudik akan terus berlanjut dan menjadi titik balik industri penerbangan nasional. Tahun ini diprediksi akan meningkat menjadi 78 juta penumpang angkutan udara, yang sebelumnya tahun 2021 tercatat sebanyak 35 juta penumpang.
Baca Juga: Jumlah Penumpang Libur Waisak di Bandara Soekarno-Hatta Saingi Saat Lebaran