TEMPO.CO, Jakarta - Para pedagang di pasar tradisional Jakarta pasrah dengan turunnya harga daging sapi seusai Lebaran 1443 Hijriah. Penurunan harga diduga terjadi akibat mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur dan Aceh.
Ibnu Masudin, 43 tahun, yang sehari-hari berdagang sapi di Pasar Palmerah, Jakarta Selatan, mengatakan mayoritas pasokan daging dari Jakarta berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Ya memang seluruh daging sapi di Jakarta ini hampir 80 persen dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mungkin (penurunan harga) karena penyakitnya ya," kata Ibnu saat ditemui Pasar Palmerah, Ahad, 15 Mei 2022.
Menyitir Info Pangan Jakarta pada 15 Mei 2022, rata-rata daging sapi murni dijual dengan harga Rp 149 ribu per kilogram. Harga ini turun dari Lebaran lalu yang menembus Rp 150-180 ribu per kilogram.
Ibnu menuturkan penurunan harga daging sapi tak sebanding dengan harga kulakannya. Meski demikian, ia maklum dengan fluktuasi harga di pasar.
"Dimaklumi sajalah. Memang habis Lebaran seperti biasanya memang harga daging lagi turun," ujarnya.
Senada dengan Ibdu, Basir mengungkapkan kegelisahannya terhadap kemungkinan penurunan harga daging sapi dalam waktu dekat. Penjual daging sapi di Pasar Kebayoran Lama itu khawatir mewabahnya penyakit mulut dan kuku akan menekan harga di pasar tradisional.
Ia bercerita, saat ini harga daging sapi berkisar Rp 140 ribu per kilogram. Sedangkan pada Lebaran lalu, harga komoditas pangan itu menembus Rp 180 ribu per kilogram.
Penurunan harga, menurut dia, tak sesuai dengan modal pembeliannya. "Harga belanja (daging) diperkirakan naik lagi Rp 2.000-3,000an per timbangannya. Itu faktur,” ucap Basir.
Di tengah penurunan harga, ia menyebut kondisi penjualan para pedagang di pasar belum normal. Para pembeli daging, kata Basir, belum seramai hari normal. "Penjualan belum normal karena habis Lebaran," kata Basir.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso sebelumnya mengatakan penyakit mulut dan kuku hewan ternak berpotensi mempengaruhi suplai daging sapi dan kerbau di pasaran. Kekhawatiran itu bisa saja terjadi jika wabah tak tertangani dalam beberapa bulan mendatang.
Apalagi, saat ini PMK menginfeksi sejumlah hewan ternak di Jawa Timur. “Tapi saya yakin (PMK) tidak berkembang, tidak mungkin lah pemerintah kita membiarkan penyakit ini terus berkembang dan berdampak pada permasalahan suplai (daging kerbau dan sapi)," ujar Budi Waseso alias Buwas.
Baca juga: Cegah Penyakit Mulut dan Kuku Sapi, Lombok Tengah Isolasi Ternak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.