TEMPO.CO, Jakarta - Bitcoin jeblok ke level US$ 30.914,6 atau sekitar Rp 450 juta (asumsi kurs Rp 14.561 per dolar AS) pada hari ini, Selasa, 10 Mei 2022.
Situs coingecko.com menunjukkan harga aset kripto itu melorot 55,2 persen dari level tertingginya US$ 69.044,8 atau berkisar Rp 1,005 miliar. Rekor tertinggi sepanjang masa itu pernah dicapai pada awal November tahun 2021.
Bila dibandingkan dengan setahun lalu, harga Bitcoin telah turun 46,8 persen. Adapun ketimbang sebulan lalu dan sepekan terakhir, harga aset kripto itu melemah masing-masing 27,7 persen dan 19,8 persen. Kripto dengan total kapitalisasi pasar US$ 588,85 miliar ini mendominasi dengan porsi kepemilikan hingga 39,7 persen.
Bitcoin tercatat anjlok ke level terendah sejak Juli 2021 di tengah kepanikan pasar terhadap prospek ekonomi yang menekan aset-aset berisiko. Hal ini diikuti oleh mata uang crypto lainnya yang merosot di seluruh papan sepanjang akhir pekan dan menambah penurunan Senin pagi karena pasar ekuitas global yang melorot.
Adapun pemberlakuan kebijakan moneter yang lebih ketat terus dirasakan di semua pasar. Termasuk di antaranya adalah kripto, dengan harga bitcoin (BTC) – yang beberapa hari lalu mencapai US$ 40.000 lalu jatuh ke level US$ 32.500.
Bitcoin kehilangan level support kritis US$ 40.000 minggu lalu dan tidak bertahan di atas level support berikutnya di US$ 38.000 dan US$ 35.800. Sejumlah analis memperkirakan Bitcoin bisa turun ke level US$ 31.500 jika level saat ini gagal bertahan.
Sementara itu, aset kripto berkapitalisasi besar mengikuti penurunan Bitcoin, seperti Ethereum (ETH) turun 8,7 persen dalam 24 jam terakhir, sementara ADA (ADA) Cardano dan SOL (SOL) Solana masing-masing turun sebanyak 10 persen.
Sedangkan memecoin shiba inu (SHIB) terpukul lebih besar dengan penurunan 13 persen. Likuidasi pada futures yang dilacak kripto melebihi US$ 411 juta dalam 24 jam terakhir. Dari jumlah itu, sekitar US$ 140 juta berasal dari bitcoin futures, dan US$ 121 juta berasal dari ether futures.
Melemahnya Bitcoin terjadi bersamaan dengan TerraUSD (UST) yang kehilangan underlying asset-nya terhadap dolar. Penurunan itu menambah tenaga pada Ahad malam lalu karena pasar ekuitas Asia dan indeks saham berjangka AS dibuka turun tajam.
Sementara Dolar AS terus diuntungkan dari pasar yang panik, dengan dolar Australia dan rupee India melemah.
Soal penurunan harga Bitcoin ini, sejumlah analis sebelumnya sudah memperingatkannya, khususnya bila prospek ekonomi yang lebih luas terus memburuk. Pedagang di crypto fund, ZerocapKurt Grumelart menyebutkan bahwa manajer uang profesional tidak akan memuat aset pertumbuhan berisiko tinggi saat ini.
“Anda tidak dapat melihat melewati hambatan saat ini dan korelasi tinggi dengan pasar tradisional,” katanya saat itu ketika menjelaskan korelasi harga Bitcoin saat ini dengan pasar AS.
BISNIS
Baca: Petani Bingung Soal Solusi Harga Sawit Jatuh: Bagaimana Hadapi Krisis?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.