Achmad memproyeksikan pabrik itu bisa memproduksi katalis sebanyak 800 ton per tahun. Produksi itu diharapkan bisa memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri sehingga ketergantungan impor katalis selama ini bisa terkikis.
Selama ini, kata dia, kebutuhan katalis nasional dipenuhi oleh impor. "Dengan berdirinya pabrik ini, kita upayakan kemandirian agar tidak tergantung kepada bangsa asing. Kita buktikan jika Indonesia mampu membuat katalis sendiri,” ujar Achmad.
Pembangunan pabrik katalis itu juga bakal membuka peluang bagi Indonesia untuk mandiri dalam teknologi proses dan ketahanan industri.
Sementara itu, Direktur Pupuk Utama Kujang, Maryadi menuturkan, pembangunan KSI merupakan wujud nyata sinergi antara perusahaan BUMN dengan lembaga pendidikan dan para ilmuwan. PT Pupuk Kujang telah bergabung dengan PT Pertamina Lubricant, dan PT Rekacipta Inovasi (ITB) dalam satu konsorsium untuk melahirkan KSI.
Adapun porsi kepemilikan saham dalam konsorium adalah, PT Pertamina Lubricants (38 persen), PT Pupuk Kujang (37 persen) dan PT Rekacipta Inovasi ITB (25 persen). “Keterlibatan dalam konsorsium ini merupakan bentuk komitmen kita untuk selalu bersinergi dan mendukung penemuan-ilmuwan untuk kemajuan bangsa,” kata Maryadi.
Rencananya, pembangunan pabrik KSI ini akan berlangsung selama 13 bulan. Dengan begitu, pada tahun depan diharapkan pabrik bisa beroperasi dan mulai memproduksi katalis. Rencananya, katalis merah putih buatan KSI akan dibeli oleh kilang Pertamina untuk membuat bensa atau bensin sawit.
Baca: SiCepat Ekspres PHK Ratusan Karyawan saat Bisnis Perusahaan Tumbuh, Kenapa?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.