Ketika trading fiktif ini dibandingkan dengan kondisi market yang sebenarnya, terjadi manipulasi pada waktu chart untuk mencocokkan kondisi harga market dengan bagi hasil. Dengan begitu, korban yang kurang teliti dalam mengecek atau sama sekali tak mengerti bisa merasa aman, asalkan menerima pembagian keuntungan yang dijanjikan.
2. Spread rate jual beli valas yang sangat jauh
Ketika membuka akun dan menyetorkan uang dalam dolar AS, Anda tidak diperkenankan melakukan telegraphic transfer (TT) dolar ke dolar. Anda harus membeli dolar dari penyelenggara trading dengan harga yang 5 – 10 persen lebih mahal dari harga wajar.
Hal sebaliknya berlaku ketika melakukan penarikan, Anda tidak bisa melakukan TT ke rekening dolar AS dan diharuskan menjual dolar Anda dengan harga yang lebih murah. Secara logis, tujuan spread jual beli yang sangat tinggi ini secara tidak langsung memberikan keuntungan instan kepada penyelenggara trading.
Bila dihitung, tiap kali ada member baru masuk, maka penyelenggara sudah mengantongi keuntungan 5-10 persen. Hal ini secara tidak langsung menjelaskan mengapa skema yang diduga ponzi ini bisa berumur panjang.
3. Tidak ada Robot Trading yang ditawarkan
Dalam praktiknya, wujud robot trading, algoritma dan cara kerjanya tidak diikuti dengan penjelasan lengkap. Dengan begitu, tidak ada informasi kelemahan dari robot trading tersebut dan tidak dapat dijalankan di broker forex lainnya.
Lebih jauh, Alfons menjelaskan, secara teori, jika peserta skema Ponzi masuk pada saat awal dan keluar sebelum gelembung Ponzi meletus, maka peserta itu bisa mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, jika peserta datang terlambat, bakal menjadi korban ketika terjadi gagal bayar.
"Tetapi, namanya manusia sifat dasarnya serakah dan malas. Jadi kalau ada kesempatan mendapatkan keuntungan besar tanpa perlu kerja keras, tentunya akan membuatnya terlena dan menumpulkan logikanya," ucap Alfons.
Hal ini terbukti, kata dia, ketika mendapatkan keuntungan beberapa kali, maka logika dan kewaspadaan pelaku akan berkurang dan mempercayai skema Ponzi tersebut sebagai kebenaran.
Alfons pun menyoroti bagaimana mayoritas orang yang menghadapi skema Ponzi bukannya keluar ketika sudah untung. Mereka malah menambahkan jumlah uangnya ke dalam skema Ponzi tersebut atau malah mengajak saudara dan teman-temannya untuk bergabung dalam skema ini. Cara penipuan lawas itu ternyata hingga kini masih ampuh digunakan, salah satunya dalam kasus robot trading berkedok investasi.
BISNIS
Baca: Kasus Binary Option, PPATK Pantau Transaksi Tak Wajar 7 Crazy Rich
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.