Dampak kedua, distribusi bahan baku pangan seperti gandum ke seluruh dunia terhambat. Musababnya, Rusia dan Ukraina merupakan eksporter utama gandum. Tak hanya gandum, produksi pupuk pun akan terpengaruh lantaran Rusia adalah negara produsen kalium karbonat atau potash.
Apabila suplai terhadap berbagai komoditas dan lalu-lintas logistik pengiriman tersendat, Eisha mengatakan negara maju bisa memberikan sanksi pelarangan terhadap komoditas Rusia. “Hal itu pasti akan memperburuk harga komoditas,” katanya.
Ketiga, perang antara Rusia dan Ukraina akan mengganggu pasar finansial. Amerika, kata dia, telah memberikan sanksi keuangan kepada perusahaan teknologi Rusia. Sanksi ekonomi ini akan berimbas pada skenario The Fed dalam menaikkan tingkat suku bunga.
Dari ketiga dampak tersebut, Indonesia akan turut menerima imbas. Indonesia sebagai negara berkembang akan menghadapi ancaman nilai tukar, fluktuasi indeks harga saham gabungan atau IHSG, dan peningkatan inflasi akibat adanya syok dari pasar komoditas.
“Ini berdampak ke depresiasi nilai tukar rupiah, potensi capital outflow, dan balance of payment (BoP). Di pasar keuangan, juga dapat terdampak pada penyaluran kredit dan kinerja korporasi,” katanya.
Baca Juga: Perhatian Dunia ke Invasi Rusia di Ukraina, Korea Utara Uji Coba Rudal Lagi