TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan terkemuka di Indonesia, termasuk bos PT Bank Central Asia (BCA), mengungkapkan strategi bertahan dan tumbuh di tengah multidisrupsi setelah terjadi pandemi COVID-19.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja memaparkan pengalamannya sebagai pimpinan bank ritel besar di Indonesia dalam menghadapi perubahan cepat di era pandemi.
"Dulu budget itu seperti Al Kitab atau kitab suci, tapi berjalannya waktu target dan budget harus fleksibel karena keadaan berubah sangat cepat," katanya pada webinar yang diselenggarakan SWA Media Group itu, di Jakarta, Rabu 16 Februari 2022
Menurut dia, agility atau ketangkasan pemimpin di era multidisrupsi sangat penting diimplementasi dalam aspek berani membagi otonomi atau kewenangan, fleksibel terutama dalam target, kolaborasi diutamakan di atas KPI per divisi, understanding atau pengertian, dan terbiasa dalam ketidakpastian.
"Hal-hal ini mendasar sekali, tinggal membudayakanya dan ditopang digitalisasi," katanya.
Hal senada dikemukakan CEO Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley S Atmadja yang menilai teamwork atau kerja sama tim merupakan daya saing dan modal utama dalam keadaan yang sangat sulit sekali pun, terutama pada awal pandemi.
Sementara Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan sebagai perusahaan manufaktur biasanya pertumbuhan stabil dan tidak fluktuatif sehingga mudah diprediksi jangka menengah dan panjang.
Namun sejak pandemi perubahan terjadi sangat cepat di mana siklus fluktuasinya, terutama dalam harga amoniak, menjadi lebih pendek, sehingga strategi tidak lagi dibuat dalam hitungan 5-6 tahunan.