Ibrahim juga sependapat dengan Chief Executive Officer Litedex Protocol Andrew Suhalim, bahwa Konflik yang terus memanas antara Rusia dan Ukraina akan berdampak terhadap menguatnya Bitcoin. Karena negara yang berkonflik merupakan negara penghasil tambang Bitcoin terbesar di dunia
Selain itu, Ibrahim memperhatikan penasihat Keuangan Dana Moneter Internasional (IMF) Tobias Adrian memperingatkan ‘cryptoization’ atau kriptoisasi yang merayap. Istilah ini digunakan untuk aset kripto yang mulai 'menyeberang' ke arus utama keuangan karena menunjukkan korelasi yang kuat dengan pasar keuangan tradisional.
“Hal negatif lainnya, pasar kripto memang masih cenderung berfluktuasi, mencerminkan ketidakpastian di antara investor. Banyak di antara mereka biasanya beralih ke aset yang kurang stabil selama fase awal siklus pengetatan kenaikan suku bunga bank sentral beberapa negara maju, utamanya Amerika Serikat,” ujar Ibrahim.
Selain itu ia melihat, ancaman kenaikan inflasi dapat memaksa bank sentral untuk menguras likuiditas dari pasar keuangan yang telah mendukung kenaikan sahan dan kripto selama setahun terakhir.
Sedangkan untuk perdagangan besok Ibrahim memprediksi Bitcoin dibuka fluktuatif, namun melemah di kisaran US$ 36.800.50 - US$ 37.130.50.
M. Faiz Zaki
BACA: Bitcoin Menguat Lebih dari 11 Persen, Kini Harganya Rp 597,3 Jutaan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.