Berdasarkan laporan tenaga kerja AS, kenaikan tersebut termasuk meningkatnya harga bensin sebesar 6,1 persen, sementara itu biaya sewa, mobil bekas dan makanan juga turut naik.
Akibatnya beberapa indeks di AS juga turut naik, Dow Jones Industrial Average naik 0,60 persen, S&P 500 naik 0,95 persen dan Nasdaq naik 0,73 persen.
Berdasarkan kondisi di atas, Astronacci kemudian mengungkapkan bahwa IHSG ke depan berpotensi menekan resistance dan memiliki kesempatan untuk melanjutkan penguatan.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia Edward Tanuwijaya juga mengungkapkan dalam risetnya juga mengungkapkan hal serupa. Edward menyatakan harga sektor energi saat ini naik ke level tertinggi. Di mana hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya karena pasokan terbatas dan juga tidak tersedianya sumber-sumber energi alternatif lain.
Oleh karena itu, jelasnya, harga sektor energi sama sekali tidak dapat mengikuti keinginan terpendam seiring dengan ekonomi global secara bertahap saat ini kembali dibuka. Producer price index pada beberapa hal penting, jelas Edward, melewati indeks CPI yang menandakan tekanan inflasi yang akan datang yang mungkin menghasilkan potensi kompresi margin ke depan.
“Selain itu, kesenjangan dalam biaya pengiriman yang disebabkan oleh ketidakseimbangan perdagangan internasional dapat memperburuk tekanan inflasi,” tulis Edward dalam riset.