TEMPO.CO, Jakarta -PT Angkasa Pura II (Persero) menyiapkan capital expenditure atau belanja modal yang rendah pada 2022. Tahun depan, belanja modal perseroan diperkirakan hanya Rp 1,5 triliun atau turun dari posisi 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar Rp 11 triliun.
“Di dalam belanja modal itu ada untuk business development bandara. Namun nilai pengembangannya hanya 60-70 persen (dari total belanja modal) dan bukan untuk infrastruktur,” ujar Awaluddin saat ditemui di Bandara Internasional Kualanamu pada Kamis, 30 Desember 2021.
Awaluddin menerangkan, perseroan masih akan menetapkan mode bertahan atau survival pada 2022 akibat industri penerbangan belum pulih. Walhasil, perusahaan belum merencanakan menambah pengelolaan bandara baru.
Perusahaan, Awaluddin melanjutkan, masih akan mengoperasikan 20 bandara eksisting dengan mengejar target pengembangan yang sempat tertunda selama pandemi Covid-19. Pengembangan itu mengacu pada tiga klasifikasi bandara. Klasifikasi itu meliputi bandara yang masih perlu didorong pertumbuhan trafik penerbangannya, bandara yang sudah masuk level pengembangan, dan bandara yang siap untuk dikerjasamakan dengan mitra.
Pengkategorian bandara berdasarkan kebutuhan pengembangannya merupakan strategi bisnis baru Angkasa Pura II untuk menghadapi hambatan pemulihan industri penerbangan karena munculnya varian-varian baru Covid-19, seperti Omicron. Sedianya sebelum varian Covid-19 itu merebak, Awaluddin sudah memperkirakan bahwa 2022 akan menjadi titik balik bagi sektor transportasi udara.
“Kalau bertahan dengan cara lama itu (tahun depan) sudah enggak fit. Harapannya kita masuk ke recovery, tapi situasi pandemi saat ini masih terus harus dipantau," ujar Awaluddin.
Untuk memperbaiki kinerja perusahaan yang tertekan akibat turunnya jumlah penumpang selama pagebluk, Angkasa Pura II melakukan pelbagai penghematan. Dari sisi operasional, Awaluddin mencontohkan perseroan sudah mulai memperpendek jam aktif bandara sesuai jadwal penerbangan.
“Misalnya dulu di Bandara Kualanamu beroperasi pukul 05.00-24.00 WIB, sekarang tidak. Kami sesuaikan dengan pola trafik maskapai. Jam operasi diperpendek,” kata Awaluddin.
Langkah itu diyakini lebih efisien untuk menekan bujet operasi. “Selanjuntya kami mengawal cashflow management. Kami memetakan pola-pola operasi penerbangan terhadap revenue stream,” tutur dia.
Baca Juga: Pertamina Siapkan Belanja Modal Energi Bersih USD 8,3 M
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.