Setelah eksplorasi rampung, maka akan berlanjut ke tahap eksploitasi. Sejauh ini Aan memastikan tidak ada gangguan secara fisik ke aktivitas di Blok Tuna. Saat ditanya mengenai eskalasi tensi di lokasi hari ini, Aan hanya menjawab, “Ya biasalah, tetap komunikasi antar kapal, kami sampaikan, eh lu masuk wilayah gue, ga boleh, tapi dia tetap berargumen dengan alasannya, tapi kita tetap sesuai aturan,” ujarnya.
Tapi aktivitas pemantauan kapal penjaga pantai di Cina di sekitar eksplorasi hanyalah satu kejadian. Di luar itu, beberapa perubahan terjadi di Laut Cina Selatan, yang masih bersengketa dengan sejumlah negara, dan berbatasan dengan Laut Natuna Utara. Sejak 2020, Cina sudah mengumumkan pendirian dua distrik administratif baru di Pulau Paracel dan Kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan.
Aan juga menyebut Cina sudah memberi izin kepada Bakamla mereka untuk menggunakan senjata tertentu dan mengharuskan kapal yang lewat di wilayah yang mereka klaim untuk meminta izin. Tapi di sisi lain, kapal-kapal Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, pun juga hadir di sana atas nama freedom of navigation.
Aan mengakui perubahan kondisi ini akan berdampak bagi pengamanan di Blok Tuna ke depannya, karena eksploitasi minyak dan gas masih akan berlangsung puluhan tahun ke depan.
Bakamla, kata dia, dipastikan akan meningkatkan armada, aset, sistem informasi, radar, dan sistem peringatan dini untuk menjaga area ini. “Kami ada buku putihnya, setiap tahun mau ngapain, sudah ada,” kata dia.
Tapi kehadiran Bakamla, dan juga TNI Angkatan Laut, saja dinilai tak cukup. Aan menyebut ada tiga aspek yang diperlukan untuk mengamankan Blok Tuna ini, dan wilayah Laut Natuna Utara secara keseluruhan. Pertama yaitu simbol negara dengan kehadiran Bakamla dan TNI Angkatan Laut. Kedua yaitu diplomasi, baik di level luar negeri maupun Bakamla antar negara.
Aspek ketiga yaitu ekonomi yang dinilai belum maksimal. Di luar eksplorasi minyak, Bakamla sudah mengajukan pembentukan Nelayan Nasional Indonesia atau NNI agar makin banyak nelayan lokal di Natuna. “Jadi ekonomi harus bisa (aktif) di sana,” kata dia.
Baca: Nasabah Prioritas Gugat BRI Rp 1 Triliun karena Salah Transfer, Ini Kronologinya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.