Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan kondisi keuangan perseroan sangat terdampak pandemi Covid-19, khususnya dari angkutan penumpang yang selama ini berkontribusi hampir 40 persen dari total pendapatan usaha perseroan.
Kondisi itu berdampak pada kinerja profitabilitas dan arus kas aktivitas. Dampak pandemi Covid-19 juga dipastikan akan terus berlanjut di tahun ini. “Kemudian penugasan yang diterima KAI dalam beberapa tahun terakhir, seperti LRT Jabodetabek, KA Bandara Soetta, dan proyek KCJB berkontribusi dalam menaikkan leverage dan biaya bunga KAI. Pada RKAP 2021, 58 persen dari debt berasal dari penugasan,” kata Didiek dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, seperti dikutip dari Bisnis, akhir September lalu.
7. PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN diketahui memiliki utang hingga Rp 451 triliun pada 2020. Nilai utang tersebut lebih rendah sekitar Rp 2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Sepanjang lima tahun terakhir atau 2015-2020, tercatat utang PLN bertambah Rp 199 triliun. Namun meski sepintas besar utang perusahaan setrum negara itu terlihat besar, bila dibandingkan dengan besar investasi di periode waktu serupa yang mencapai Rp 448 triliun, sejumlah ekonom menilai tidak ada masalah.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, misalnya, mengatakan sebagian besar utang PLN dipakai untuk investasi. “Hanya sebagian kecil untuk menjaga cash flow,” ujar Faisal Basri lewat keterangan resmi, Juni lalu.
8. Pertamina
PT Pertamina (Persero) melaporkan telah membayar sebagian pinjamannya dengan total US$ 940,4 juta pada Februari. Pembayaran utang ini untuk obligasi jatuh tempo senilai US$ 391 juta dan corporate loan atau pinjaman perusahaan sebesar US$ 549,4 juta. Sedangkan terakhir, perseroan dilaporkan memiliki utang US$ 21,4 miliar pada semester I 2021 sesuai laporan keuangan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | TIM TEMPO
CATATAN REVISI: Artikel ini sudah diedit pada Rabu, 22 Desember 2021, pukul 11.02 WIB. Dalam tubuh berita, awalnya disebutkan, "PT Pertamina (Persero) pernah dilaporkan memiliki utang US$ 40,56 miliar atau setara Rp 602,43 triliun pada semester I 2020 sesuai laporan keuangan 30 Juni 2020 yang belum diaudit".
Tulisan tersebut diedit menjadi, "PT Pertamina (Persero) melaporkan telah membayar sebagian pinjamannya dengan total US$ 940,4 juta pada Februari. Pembayaran utang ini untuk obligasi jatuh tempo senilai US$ 391 juta dan corporate loan atau pinjaman perusahaan sebesar US$ 549,4 juta. Sedangkan terakhir, perseroan dilaporkan memiliki utang US$ 21,4 miliar pada semester I 2021 sesuai laporan keuangan".
Atas kesalahan tersebut, redaksi meminta maaf.
Baca: Kemenparekraf Gugat Indosat Cs, Ini Duduk Perkaranya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.