2. Garuda Indonesia
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko beberapa waktu lalu berujar utang jatuh tempo Garuda Indonesia telah menembus US$ 9,8 triliun atau nyaris setara dengan Rp 140 triliun (asumsi kurs Rp 14.247). Jumlah utang terbesar berasal dari kewajiban pembayaran sewa pesawat kepada lessor.
“Utang Garuda US$ 7 miliar plus utang dari lessor jadi total US$ 9,8 miliar sebetulnya. Utang ke lessor paling besar, yaitu US$ 6,3 miliar,” ujar Tiko, November lalu.
Sementara itu secara keseluruhan seperti yang tertera dalam laporan keuangannya semester I 2021, maskapai pelat merah ini memiliki liabilitas atau utang US$ 12,96 miliar. Angka ini setara dengan Rp 184 triliun. Posisi utang Garuda naik 1,8 persen ketimbang periode yang sama 2020.
Di saat yang sama, Garuda juga mencatat kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 898,65 juta atau sekitar Rp 12,85 triliun pada periode tersebut (asumsi kurs Rp 14.300 per dolar Amerika). Nilai kerugian ini membesar dari sebelumnya US$ 712,72 juta atau Rp 10,19 triliun pada semester I 2020.
3. Waskita Karya
PT Waskita Karya (Persero) Tbk terlilit utang hingga Rp 90 triliun pada akhir 2019. Utang terdiri atas Rp 70,9 triliun utang bank dan obligasi serta sekitar Rp 20 triliun utang vendor.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara II Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR 27 September lalu mengatakan penyebab lonjakan utang Waskita. Utang itu berasal dari mandat yang diterima perseroan untuk menuntaskan sejumlah penugasan pemerintah.
Waskita Karya, kata Kartika alias Tiko, dalam beberapa tahun terakhir membantu pembangunan tol Trans Jawa dan Tol Trans Sumatera. Tercatat sekitar 16 ruas tol yang digarap perusahaan berkode saham WSKT tersebut.
"Sebelum penugasan, utang sekitar Rp 20 triliun. Setelah penugasan, memang naik empat kali lipat,” ujar Tiko beberapa waktu lalu. Kondisi keuangan Waskita Karya yang tertekan ini mendorong pembuat kebijakan mengupayakan skema penyelamatan. Skema penyelamatan mulai dari restrukturisasi besar-besaran hingga penerbitan saham baru.