TEMPO.CO, Jakarta -Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia alias Hippindo meminta untuk diprioritaskan dalam program vaksinasi booster dari Kementerian Kesehatan. Mereka mengklaim ritel adalah garda terdepan sehingga perlu dilindungi serta melindungi para karyawan dan konsumennya.
Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan meskipun sektor ritel sangat terdampak pandemi, namun mereka berkomitmen tetap berkontribusi untuk mendukung program pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional dengan memperkuat sektor konsumsi dalam negeri.
Termasuk, bekerja sama dengan stakeholder terkait untuk pembinaan dan menyiapkan ekosistem pendukung agar UKM naik kelas. "Kami juga mendukung percepatan kesehatan melalui sentra vaksinasi, protokol kesehatan yang ketat, konsistensi penggunaan QR code pedulilindungi, pembayaran praktis dan higienis melalui QRIS,” ujar Budihardjo dalam keterangan tertulis, Jumat, 10 Desember 2021.
Hippindo baru saja melaksanakan rapat kerja nasional mulai Jumat, 10 Desember 2021. Rakernas tersebut mengambil tema Strategi Tenant dan Ritel Indonesia Tahun 2022.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang hadir dalam kesempatan itu menyampaikan terima kasih atas kerjasama Hippindo, terutama dalam menerapkan aplikasi pedulilindungi agar pusat perbelanjaan dapat dibuka dan menggerakkan perekonomian nasional untuk bisa lebih baik.
"Hal paling penting adalah memutus mata rantai Covid-19 karena impact-nya dasyat sekali terhadap perekonomian nasional dan secara langsung di ritel,” tutur Lutfi.
Kementerian Perdagangan, kata dia, selalu mengedepankan kepentingan-kepentingan nasional terutama untuk menggerakkan ekonomi. Saat ini indeks keyakinan konsumen November 2021 sebesar 118,5 lebih tinggi dari bulan Oktober yaitu 113,4.
Indonesia juga masuk dalam 5 negara di dunia yang mendapatkan level 1 terkait Covid-19 dari WHO. Target pertumbuhan ekonomi tahun depan 5 persen. Lutfi mengingatkan Hippindo agar ke depannya dapat membuat strategi penjualan ritel melalui shopping experience. Mengingat, studi di AS memprediksi 18.000 mal dalam 10 tahun ke depan akan menjadi 4.000 mal.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Rencana Vaksinasi Booster pada Januari 2022