TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali melemah pada perdagangan Rabu sore ini, 17 November 2021. Rupiah ditutup melemah 25 poin di level Rp 14.245 per dolar Amerika Serikat atau AS, dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.220.
Sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin, rupiah ditutup melemah 18 poin. Dari sebelumnya Rp 14.202 menjadi Rp 14.220. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi tren pelemahan ini akan terus berlanjut.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 14.230 sampai Rp 14.280," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu.
Ibrahim menyebut ada dua faktor yang menyebabkan rupiah melemah. Dari sisi eksternal, salah satunya yang berkontribusi yaitu dolar AS yang mencapai rekor nilai tertinggi sejak Maret 2017 terhadap yen.
Dolar diperdagangkan mendekati puncak 16 bulan dibandingkan dengan beberapa mata uang utama pada hari ini. "Karena serangkaian data ekonomi yang kuat mendorong taruhan untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve sebelumnya," kata Ibrahim.
Laporan Reuters juga mencatat bahwa indeks dolar, yang membandingkan dolar terhadap enam mata uang utama termasuk yen, diperdagangkan di level 95.871. "Level ini belum pernah terjadi sejak Juli tahun lalu," demikian tulis laporan tersebut.
Selain itu, Ibrahim menyebut beberapa faktor eksternal lainnya yaitu tingkat pengangguran di Inggris yang turun 4,3 persen pada September. Lalu, ada juga Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde yang menyebut pengetatan kebijakan moneter saat ini di beberapa negara untuk mengendalikan inflasi dapat menghambat pemulihan zona euro.
Selanjutnya, Ibrahim menyebut beberapa faktor internal yaitu seperti rasio defisit APBN yang menurun hingga 3,29 persen terhadap PDB Oktober 2021. Angka ini pun lebih rendah dibandingkan defisit Oktober 2020 yang sebesar 4,67 persen terhadap PDB
Meski demikian, Ibrahim menyebut defisit yang menurun ini tetap bisa menciptakan efek berganda maupun counter cyclical terhadap pemulihan ekonomi nasional. Adapun pelebaran defisit APBN di atas 3 persen pada tahun 2020 merupakan yang pertama kali dalam sejarah dan suatu mekanisme counter cyclical.
Baca: UMP Hanya Naik 1,09 Persen, Ekonom: Daya Beli Pekerja Rentan Tergerus Inflasi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu