“Jadi produk kami adalah Korean base. Misalnya di Korea lagi tren spring, summer, winter, atau ada menu hype, kami bawa ke sini (Indonesia), tapi bahan baku tetap dari dalam negeri,” katanya.
Adapun Kopi Chuseyo berawal dari sebuah gerai di Gading Serpong pada 2019. Kedai ini bermula dari kecintaan Daniel terhadap kultur pop di Korea Selatan hingga akhirnya melahirkan pusat berkumpulnya komunitas K-Pop.
Seiring dengan pertumbuhan tren K-Pop, bisnis Kopi Chuseyo makin menanjak. Akhirnya, Kopi Chuseyo mulai menawarkan kemitraan berbentuk waralaba. Para calon franchisee atau pembeli franchise bisa menyiapkan modal sekitar Rp 200 juta untuk membuka Kopi Chuseyo.
“Modal itu sudah termasuk alat, bahan baku, sampai training karyawan. Operasional kami tidak ada revenue sharing, tapi franchisee harus menyediakan outlet-nya,” ujar Daniel.
Menurut Daniel, usaha franchise ini memiliki prospek cerah pada masa mendatang. Musababnya, penggemar budaya Korea Selatan terus bertambah Indonesia dari tahun ke tahun.
Baca: Hasil SKD CPNS Tahap 2 Diumumkan Hari Ini, Bagaimana Cara Mengeceknya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.