"Kalau kita lihat risiko paling tinggi itu orang tua bisa 12 persen, risiko paling rendah itu anak-anak angkanya sekitar di bawah 1 persen, mungkin 0,05 persen," ujarnya.
Bila dibandingkan dengan risiko kesakitan hingga dirawat di rumah sakit maupun kematian, kata Budi, lansia lebih tinggi sekitar 20 hingga 30 kali lebih berisiko dari anak.
"Di Indonesia sekarang masih lumayan rendah masih 40-50 persen. Memang prioritasnya vaksin yang ada kita berikan ke lansia dulu sampai selesai untuk memastikan mencegah jangan sampai nanti ada kasus kenaikan," katanya.
Budi menambahkan kebutuhan vaksin tambahan untuk kelompok anak saat ini sudah persiapkan dalam anggaran 2022.
Pengajuan anggaran itu termasuk pembelian vaksin booster untuk satu kali suntik dan bantuan vaksin booster untuk masyarakat penerima bantuan iuran (PBI) yang berkenaan dengan Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"PBI maupun juga untuk anak ini sudah kita rencanakan untuk masuk ke anggaran tahun depan karena ada 26,4 juta usia 6 sampai 11 dan itu butuh 58,7 juta dosis karena ini harus dua kali suntik," katanya.
BACA: Kemenkes Putuskan Tak Akan Tarik Kelebihan Insentif Tenaga Kesehatan