Sementara di London dan Inggris tenggara, sepersepuluh stasiun bahan bakar minyak (SPBU) tetap kering karena pembelian panik bahan bakar pada bulan lalu, kata Asosiasi Pengecer Bahan Bakar Minyak.
Analis di Price Futures Group di Chicago, Phil Flynn, menyebutkan bahwa banyak orang mulai menyadari bahwa risiko harga energi yang lebih tinggi dapat menggagalkan pertumbuhan. "Apakah permintaan energi itu baik atau buruk?" katanya.
Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan gangguan rantai pasokan yang terus-menerus dan tekanan inflasi bisa menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi. Hal itu disampaikan saat lembaga itu memangkas prospek pertumbuhan untuk Amerika Serikat dan kekuatan industri lainnya.
Dalam World Economic Outlook, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global 2021 menjadi 5,9 persen dari perkiraan 6 persen yang dibuat pada bulan Juli. IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 2022 tidak berubah di 4,9 persen.
Bahkan, saat permintaan meningkat, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu, yang dikenal sebagai OPEC+, tetap berencana memulihkan produksi secara bertahap daripada secara cepat. Harga minyak Brent telah melonjak lebih dari 60 persen tahun ini.
ANTARA
Baca: Ditetapkan sebagai Tersangka, CEO Jouska Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara