TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil lahadalia menyebut empat masalah yang menyebabkan investasi mangkrak di Tanah Air. Salah satunya adalah permasalahan yang ia sebut hantu.
"Itu adalah persoalan-persoalan yang tidak dideteksi secara rasionalitas teoritis ekonomi tetapi faktanya ada. Dalam bahasa saya, mohon maaf sedikit menohok, yaitu seperti hantu. Dapat dirasakan enggak bisa dipegang," ujar Bahlil dalam sebuah webinar, Rabu, 29 September 2021.
Ia mengatakan persoalan itu dapat dirasakan dengan adanya temuan. Namun, tidak ada instrumen atau regulasi yang bisa mendeteksi. "Kita cuma, 'oh begitu ya, oh itu ada,' memang barangnya ada," kata Bahlil.
Adapun tiga persoalan lainnya adalah tumpang tindih peraturan di pemerintah pusat dan daerah, adanya ego sektoral antara kementerian dan lembaga, serta persoalan tanah.
Bahlil mengatakan saat dia pertama masuk ke pemerintahan, investasi yang mangkrak mencapai Rp 708 triliun. Hingga saat ini, ia mengatakan investasi yang berhasil direalisasikan dari nominal tersebut mencapai Rp 540 triliun.
Dari Rp 708 triliun, salah satu investasi mangkrak yang telah direalisasikan adalah pabrik petrokimia Lotte di Cilegon. Menurut BKPM, pada mulanya investasi ini tidak selesai-selesai selama enam tahun lantaran masalah lahan dan izin.
"Begitu masuk kami selesaikan satu bulan langsung selesai. Investasinya US$ 4 miliar. Sekarang masuk konstruksi," tutur Bahlil.
Contoh lainnya adalah proyek Pertamina Rosneft di Tuban. Ia mengatakan proyek dengan nilai investasi Rp 213 triliun itu sudah lima tahun tidak selesai. Masalahnya pun sama, izin dan lahan.
"Kita terus selesaikan. Jadi sekarang memahami persoalan investasi di Indonesia tidak cukup dengan cara-cara bisnis as usual, kita harus menyelami sampai ke dalam," tutur Bahlil.
Baca: BKPM Catat Investasi Bergeser ke Luar Pulau Jawa, Porsinya 50,5 Persen
CAESAR AKBAR