TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia bakal memberi pinjaman senilai US$ 380 juta atau Rp 4,94 triliun (asumsi kurs Rp 14,300 per dolar AS) untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air atau PLTA pumped storage yang pertama di Indonesia, PLTA Cisokan.
Pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik pada saat beban puncak dan mendukung transisi energi dan pencapaian tujuan penurunan emisi karbon.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen, mengatakan, proyek ini akan menjadi yang pertama bagi Indonesia. Proyek ini juga mencerminkan suatu titik balik dalam perjalanan menuju dekarbonisasi di Indonesia.
Oleh karena itu, Bank Dunia akan terus mendukung negara ini dalam berbagai upayanya untuk mencapai suatu pembangunan yang berketahanan, berkelanjutan, serta inklusif. "Sehingga memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia pada saat ini maupun di masa yang akan datang,” kata Satu Kahkonen, dalam siaran pers, Sabtu, 11 September 2021.
Nantinya, utang dari Bank Dunia itu akan digunakan untuk membangun PLTA pumped storage di hulu sungai Cisokan yang berlokasi di antara Jakarta dan Bandung dengan kapasitas 1.040 MegaWatt (MW).
Fasilitas itu diharapkan dapat menambah kapasitas pembangkitan listrik yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan pada saat beban puncak dan menyediakan kapasitas penyimpanan yang besar untuk memungkinkan diterimanya energi terbarukan dalam jumlah yang lebih besar lagi.
Selain itu, karena lokasinya yang dekat dengan dua pusat permintaan tenaga listrik yang besar, maka PLTA akan meringankan beban jaringan transmisi. Hasilnya, penyediaan listrik yang lebih ramah lingkungan dan dapat diandalkan akan menguntungkan bagi konsumen di Jawa dan Bali.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa program yang dilakukan mulai dari pengembangan energi terbarukan, upaya konservasi energi, serta penggunaan teknologi energi bersih.