TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio menilai kebijakan pemerintah memperpanjang diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) tidak tepat di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4. Musababnya, insentif ini berasal dari anggaran pemulihan ekonomi nasional atau PEN.
“Cukup tidak elok kalau diperpanjang PPnBM-nya karena relaksasi ini berasal dari PEN. Kami harap PEN dikhususkan ke penanganan pandemi Covid-19 dan untuk jaminan sosial,” ujar Andry dalam diskusi Indef secara daring, Jumat, 6 Agustus 2021.
Andry berpendapat semestinya anggaran PEN dimaksimalkan untuk bantuan sosial kepada kelompok masyarakat paling terdampak, seperti UMKM, alih-alih untuk penjualan kendaraan mewah. Selain itu, PEN juga semestinya dimanfaatkan untuk penanganan kesehatan seiring dengan merebaknya varian baru virus corona delta.
“Tentu ini adalah bagaimana keberpihakan pemerintah terkait dari bantuan yang digelontorkan,” katanya.
Pemerintah memberikan diskon pajak penjualan atas barang mewah sebesar 100 persen untuk penjualan kendaraan berkapasitas 1.500 cc. Diskon diperpanjang hingga Agustus 2021 setelah sebelumnya hanya berlaku sampai Mei 2021.
Aturan diskon PPnBM tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 20/PMK.010/2021 tentang PPnBM atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Anggaran 2021. Selain untuk kendaraan 1.500 cc ke bawah, pemerintah memberikan diskon penjualan kendaraan berkapasitas mesin 1.501 cc hingga 2.500 cc.
Adanya diskon PPnBM mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 dari sisi pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Kementerian Perindustrian mencatat volume penjualan mobil pada kuartal II menyentuh 206.440 unit atau 758,68 persen ketimbang kuartal yang sama pada 2020.
Sedangkan volume penjualan motor pada kuartal II 2021 mencapai 1,15 juta unit. Nilai itu meningkat hingga 268,64 pesen dibandingkan dengan kuartal II 2020 yang sebesar 313.630 unit.
BACA: Masalah APBN Sangat Berat, Rektor Paramadina Ingatkan Ancaman Krisis Ekonomi
FRANCISCA CHRISTY ROSANA