TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II yang melesat hingga 7,07 persen bersifat semu. Musababnya, pertumbuhan ini berpijak pada posisi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang memiliki basis sangat rendah, yakni -5,32 persen.
“Dilihat dari beberapa indikator (selama kuartal II), aktivitas belum cukup normal, protokol kesehatan seperti social distancing masih berjalan, ini yang masih membuat perekonomian kita tumbuh terbatas. Tentu kalau dikatakan ini akhir resesi atau pertumbuhan semu atau ilusi, memang ini pertumbuhan semu,” ujar Andry dalam diskusi daring bersama Indef, Jumat, 6 Agustus 2021.
Andry mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 belum mencapai rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar 5 persen. Dia pun membuat perbandingan pertumbuhan ekonomi per kuartal pada 2018 hingga 2021.
Bila dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 hanya setara dengan 3,87 persen atau di bawah kuartal II 2019 yang sebesar 5,05 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 juga lebih kecil dari pertumbuhan 2018 yang sebesar 5,27 persen.
“Kalau kita bicara mengenai PDB, pasti akan meningkat tajam hingga 7 persen atau lebih dari rata-rata natural growth selama ini. Tapi kurang fair apakah ini sudah kembali normal, tentu yang paling paling memungkinkan adalah bandingkan dengan capaian sebelum dan hasilnya ada penurunan,” ujar Andry.
Andry juga menyoroti kontribusi pertumbuhan ekonomi dari sisi kinerja sektoralnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makanan-minuman mengalami pertumbuhan sangat tajam lebih dari 20 persen pada kuartal II 2021. Pertumbuhan terjadi lantaran adanya relaksasi mobilisasi masyarakat.
Namun, menurut Andry, jika dibandingkan kembali dengan pertumbuhan di kuartal yang sama sebelum pandemi Covid-19, kedua sektor ini masih mengalami kontraksi yang cukup tajam. Andry mencatat sektor transportasi dan pergudangan yang minus 10,97 persen bila dibandingkan dengan 2018 dan 2019.
Sedangkan sektor penyediaan akomodasi serta makanan dan minuman pertumbuhannya negatif 2,58 persen ketimbang 2018-2019. Meski begitu, di sisi lain, Adry melihat ada sektor yang lebih bergeliat di 2021 ketimbang sebelum pandemi.
Sektor-sektor yang mengalami peningkatan adalah jasa keuangan dan administrasi pemerintah. Dibandingkan dengan 2018 dan 2019, sektor jasa keuangan mengalami pertumbuhan 11,9 persen; sedangkan sektor administrasi pemerintahan tumbuh 10,4 persen.
BACA: Masalah APBN Sangat Berat, Rektor Paramadina Ingatkan Ancaman Krisis Ekonomi
FRANCISCA CHRISTY ROSANA