TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan ekspor Indonesia pada paruh pertama 2021 melesat lantaran dipengaruhi pulihnya pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekpsor Indonesia pada semester I sebesar 31,78 persen.
"Tingginya ekspor makesense (masuk akal) soalnya rebound di negara mitra utama juga tinggi lebih dari 10 persen," ujar Bhima kepada Tempo, Jumat, 6 Agustus 2021.
Cina sebagai negara mitra dagang utama Indonesia, misalnya, mengalami pertumbuhan mencapai 18,3 persen pada kuartal I 2021. Cina sudah mengalami pemulihan ekonomi sejak kuartal II 2020 setelah melalui krisis pandemi Covid-19.
Adapun berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke Cina selama semester I pun terlihat paling tinggi. Nilai ekspor Indonesia ke Cina mencapai US$ 22,45 miliar atau setara dengan 21,82 persen dari keseluruhan ekspor.
Menurut Bhima, pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang menyebabkan permintaan kebutuhan terhadap bahan baku maupun komoditas dari Indonesia tinggi. "Mereka terbang lebih tinggi, jadi butuh bahan baku banyak dari indonesia. Langsung jump start," ujar Bhima.
Berdasarkan persentase pertumbuhan ekspornya, lima produk non-migas tercatat mencapai lompatan tertinggi selama semester I 2021. Kemendag mencatat komoditas ekspor dengan pertumbuhan terbesar ialah kopi, teh, dan rempah, dengan pertumbuhan 56,94 persen.
Kemudian, produk seafood olahan mengalami pertumbuhan 49,17 persen. Ekspor kendaraan bermotor juga meningkat sampai 42,19 persen. Sedangkan ekspor tekstil dan produk tekstil (rajutan) tumbuh 40,58 persen. Di posisi selanjutnya, ekspor tekstil dan produk tekstil bukan rajutan meningkat 33,97 persen.