Empat petunjuk itu, menurut Arcandra, adalah analisis yang belum tentu sepenuhnya benar. Namun, ia mengatakan dari kerja sama itu dapat dicermati bahwa biaya tenaha kerja yang lebih maha di Australia tidak berpengaruh terhadap masuknya investor ke sana.
"Paling tidak bukan sebagai faktor penentu investor berinvestasi di sana. Investor lebih punya ketertarikan terhadap perusahaan dan peluang bisnis yang ramah lingkungan," tutur Arcandra.
Terlebih, kata Arcandra Tahar, perusahaan kelas dunia, termasuk Tesla, sangat cerdas dalam mengumpulkan data-data yang akurat terhadap komitmen sebuah perusahaan termasuk praktik-praktik bisnis yang biasa mereka lakukan di suatu negara.
Sebelumnya Tesla disebut-sebut bakal menanamkan modalnya di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada akhir tahun lalu.
Luhut saat itu mengaku dihubungi oleh Tesla. "Saya tadi baru ditelepon Tesla di Amerika mereka, juga berminat membangun lithium battery di Indonesia karena mereka melihat Indonesia memiliki cadangan nikel ore terbesar di dunia," ujar dia dalam siaran langsung, Rabu, 9 September 2020.
Menurut Luhut, Tesla menanyakan apakah cadangan nikel di Tanah Air akan cukup untuk dikembangkan menjadi industri baterai lithium. Ia lantas menjawabnya dengan mengajak perusahaan milik Elon Musk itu agar menanamkan uangnya di Indonesia.
Baca: Arcandra Tahar Bicara Kejelian Tesla Soal Baterai Isi Ulang untuk Rumah Tangga